Friday, October 2, 2015

Icip-icip Nasi Kapau Kuliner Minang yang Menggugah Selera


Pernah dengar Nasi Kapau ? Ya, kuliner khas Minangkabau yang dalam penyajiannya cukup unik ketika ‘si Mak’ melayani pembeli sendok bertangkai panjang dari tempurung kelapa digunakan untuk mengambil gulai ke piring makan pembeli. Penjual Nasi Kapau ini menyajikan lauk pauknya dengan panci besar yang disusun bertingkat-tingkat.

Untuk memesan Nasi Kapau , kita hanya perlu menyebutkan lauk apa yang kita mau maka sendok panjang pun mendaratkan lauk pauk dan sayur ke atas piring kita. Bagai pesawat yang hendak landing.


Dalam tiap sajiannya, Nasi Kapau ini terdiri dari nasi yang berasnya harus bermutu tinggi berasal dari Bukittinggi dan Agam. Satu lauk pauk (pilihannya berupa gulai ikan, dendeng, tambusu, ayam rendang, kalio, gulai kulit/kikil dan lainnya), kuah gulai, potongan dendeng, samba lado merah, samba lado ijau teri dan yang jadi pemikatnya gulai sayur. 

Biasanya dalam satu kedai Nasi Kapau bisa terdapat 15-20 jenis lauk pauk dan berbagai jenis gulai. Begitu lengkap dan menggugah selera. Bisa-bisa bingung untuk memilih lauknya.

Gulai sayur yang menjadi ciri khasnya Nasi Kapau. Gulai sayur ini yang terdiri dari potongan cubadak (nangka), rebung, kol, pakis, kacang panjang dan terkadang ada jengkol. Kuah dari gulai sayur ini tidak terlalu banyak santan berwarna kuning kemerahan akibat perpaduan rempah-rempah kunyit dan cabe merah.


Salah satu tempat yang dapat ditemui makanan Nasi Kapau ini di Los Lambuang, Pasa Lereng, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat sekitar 300 meter dari dari Jam Gadang di pusat Kota. Pada kesempatan itu saya mencoba makan di Kedai Nasi Lapau Ni Er dengan lauk khasnya tambusu (campuran telur ayam/bebek, tepung beras dan tahu yang dimasukkan ke usus 12 sapi), dendeng, gulai ikan rayo talua dan rendang ayam.

Di tempat ini terdapat puluhan penjual Nasi Kapau yang asli orang dari Nagari Kapau. Dinamakan Los Lambuang karena hampir semua kedai nasi di sana berbentuk petak-petak segi empat hanya berpagar tirai dan tidak berdinding.

Masyarakat menyebutknya kedai tersebut dengan Los. Sedangkan kata Lambuang memiliki arti lambung di dalam perut. Jadi, Los Lambuang bisa diartikan sebagai tempat para penjual makanan untuk memuaskan lambung penikmat kulinernya.

Menurut ceritanya, dulunya sajian Nasi Kapau dibawa oleh ibu-ibu pedagang nasi, dari Nagari Kapau ke pasar Bukittinggi. Mereka juga berjualan masuk keluar kampung dan pasar tradisional yang buka hanya setiap pekan, seperti Pasar Lasi, Pasar Baso, Pasar Biaro, atau Pasar Padang Luar.

Biasanya setiap siang suara-suara pengunjung yang memesan makanan ramai sekali. Belum lagi penjualnya yang menanyakan mau makan apa. Di Bukittinggi, awalnya para pedagang Nasi Kapau ini berjualan dibawah tenda payung di Los Sepuluh dekat Los Galuang yang sekarang disebut belakang pasa, Pasar Atas. 

Pemerintah Kota Bukittinggi yang saat itu dipimpin oleh Armedi Agus berkeinginan memusatkan para pedagang Nasi Kapau, maka pada awal tahun 1980-an dibangun lokasi di kawasan Pasa Lereng Bukittinggi, dan para pedagang ini dipindahkan pada tahun 1987 yang sebelumnya berada di kawasan lapangan parkir Pasar Wisata saat ini. 


Nah, ceritannya nama Kapau itu berasal dari Nagari Kapau, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam yang dikenal pandai meracik makanan. Menurut cerita penduduk setempat, hanya penduduk asli Nagari Kapau yang bisa menghasilkan kuliner nikmat seenak Nasi Kapau.

Tidak sembarang orang tahu racikan asli bumbu khas kapau, yang pasti, setiap keluarga punya komposisi sendiri dan selalu dirahasiakan secara turun temurun. Bahkan untuk mendapatkan Tambusu yang enak hanya masyarakat dari nagari ini yang pandai mengolahnya.

Rasa khas masakan Kapau dihasilkan dari cara memasak dengan tungku dan disangai (dimasak dengan tudung kukus) dalam kuali besi dengan api kecil sehingga butuh waktu panjang. Makin lama disangai rasanya makin enak, apalagi rendang. Ciri khas seluruh masakan pendukung Nasi Kapau adalah rasa yang sedikit asam karena mengandung banyak kemiri.

Nasi Kapau ini juga bisa disebut dgn nasi ramesnya Minangkabau dan beda loh dengan Nasi Padang. Satu porsinya Rp.25.000 per 30 Agustus 2015. Bukan bermaksud endorse, tapi ini soal rasa. Kuliner Minangkabau memang tiada duanya.
———————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment