Monday, May 9, 2016

Berkunjung ke Konservasi Penyu Pariaman


Ke mana lagi? Itulah pertanyaan yang terucap ketika kami usai makan siang dengan nasi Sek, kuliner khas kota Pariaman yang berada di seputaran Pantai Gandoria. Akhirnya asupan tenaga sudah diisi kembali, ini sebagai bekal untuk melanjutkan perjalan berikutnya. Kala itu saya bersama Melyagustin, bg Eka Mardika, Nenny Febrina dan Eka Refnawati pergi holiday-an ke Kota Pariaman.

 Karena banyaknya pilihan tempat objek wisata sehingga membuat kami ragu mengunjungi yang mana dan pilihan tertuju pada Konservasi Penyu. Memang menghabiskan hari libur di Kota Pariaman tidak hanya untuk berekreasi dan bermain ke pantai saja tapi dapat juga mengunjungi tempat pengkaran penyu yang berada di sebelah utara Kota Pariaman yang berdekatan juga dengan Pulau Kasiak. Tepatnya berlokasi di  Jalan Syeh Abdul Arif, Kawasan Pantai Ampalu, Desa Manggung, Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman.

Tidak sulit untuk mengunjungi penangkaan penyu ini. Bila dari pusat kota dapat di tempuh sekitar 10 menit dengan perjalanan darat dengan diakses dari tiga jalur yakni, dari Pantai Gandoriah, dari Simpang Akper (Ampalu) dan dari kawasan  normalisasi sungai Batang Manggung.

Kami sempat berputar-putar juga untuk sampai ke lokasi ini. Akses jalan kawasan  normalisasi sungai Batang Manggung yang kami pilih. Dari sini akan melewati gerbang besar kemudian masuk ke area hutan pinus jarum dan sampai di pintu selatan. Kami membayar karcis masukRp.5 ribu per orang. Selain itu bila dari Pantai Gandoria dan jalan Simpang Akper akan bertemu dalam satu jalur hingga sampai gebang sebeah utara.

Kendaraan terpakir, kami kemudian turun dan mulai menelururi penangkaran penyu ini. Wow, cukup ramai juga pengunjung yang datang ke penangkaran ini. Bila dilihat umumnya rombongan keluarga besar dan plat kendaraannya tidak dari dalam Sumatra Barat.

Keberadaan penanggakaran penyu ini sebagai upaya untuk menjaga dan melestariakan keberadaan penyu dari ancaman kepunahan, seiring dengan meningkatkan perburuan besar-besaran  terhadap telur dan daging penyu yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Wilayah pesisir dan pulau kota Pariaman ditemukan species endemik berupa penyu laut dan juga merupakan daerah peneluran penyu yang bertelur sepanjang tahun. 

Kota Pariaman mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup beragam seperti eksosistem terumbu karang, mangrove, habitat penyu dan biota laut lainnya. Kondisi pantainya juga yang masih terjaga dan cukup banyak disinggahi penyu merupakan salah satu faktor yang  sangat mendukung dalam membuat kawasan konservasi penyu di kota ini

Pemerintah Kota Pariaman telah membuat Kawasan Konservasi Penangkaran Penyu dibawah UPT. Konservasi Penyu Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Pariaman. Awal mulainya pembuatan kawasan konservasi penyu ini dilakukan awal tahun 2006 dengan membangun fasilitas penangkaran penyu oleh DKP Kota Pariaman yang menjadi bagian dari kawasan konservasi perairan daerah, namun mulai berjalan dengan baik pada tahun 2009.

Kemudian pada tahun 2013 dibentuk UPT. Konservasi Penyu dan pulau pulau yang berada di kawasan pencadangan mempunyai fungsi utama sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna serta pemanfaatan yang lestari.

Seperti yang kita ketahui, penyu merupakan salah satu hewan purba langka yang dapat berusia hingga ratusan tahun. Sayangnya, keberadaannya saat ini dalam kondisi hampir punah dan keberadaannya dilindungi oleh undang-undang. Proses repoduksi penyu sangatlah lama, dapat bertelur ketika berusia 25 tahun lebih. Begitu juga ketika pemeraman telur penyu yang dapat dilakukan selama seminggu hingga dua bulan dan penyu.


Kawasan Konservasi ini menjadi tempat pelestarian dan penetasan telur penyu endemik yang meliputi Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata), Penyu hijau (Chleonia Mydas), dan Penyu Lengkang (Lepidocheyls Olivacea). Telah ribuan telur ditetaskan di penangkaran ini sejak tahun 2009.

Konservasi Penyu ini pertama di Sumatra Barat kemudian disusul oleh Kota Padang di Pantai Aie Manis, berikutnya mengusul di Kabupaten pesisir selatan dan Kabupaten Agam di Pantai Pasie Tiku dan dua pulau yang ada di depannya.

Kawasan Konservasi Penyu ini memiliki beberapa fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung di antaranya terdapat ruang inkubasi peneluran penyu, hacthery, ruang karantina, pos jaga, ruang informasi, laboratorium hingga taman yang dilengkapi gazebo-gazebo yang menghadap ke laut dengan pemandangan pulau-pulau kecil Kota Pariaman.

Penelusuran pertama Kami menuju pondok-pondok yang berada di belakang tempat pemeraman telur penyu. Pondok ini memiliki bentuk yang unik dan lucu yang berlatakan hutan ,mangrove sehingga banyak para kaula muda sengaja datang ke sini untuk berfoto. Sayangnya saat itu kondisinya kurang terawat dan jauh dari jangkauan petugas konservasi. Tempat ini menjadi tempat pacaran dan bisa saja digunakan untuk berbuat mesum.

Setelah puas berfoto, kami lanjutkan ke lokasi penangkaran penyu yang memiliki area yang cukup luas. Di sana terdapat kolam-kolam pasir untuk penetasan telur penyu dan juga terdapat kolam-kolam untuk penyu dewasa.

Meskipun cuaca sedang tidak bersahabat, mendung yang ditemani rintikan hujan tidak menyurutkan semangat penjelajahan kami. Terakhir menuju ruang karantina yang terdapat kolam-kolam tukik (anak penyu) dan penyu dewasa baik yang sedang sakit atau yang sudah berumur.

Berfoto terkadang menjadi tujuan utama bila mengunjungi tempat wisata termasuk ke penangkaran penyu ini. Perlu diingat agar berhati-hati dan jangan memegang penyu saat berada di ruang karantina sebeb penyu sangat sensistif pada indra penciumannya serta akan mudah stres jika dipegang.

Panorama hutan pinus jarum berjejer rapi dapat menjadi objek hunting yang menarik bagi para fotografer. Begitu juga dengan keberadaan hutan mangrove yang tumbuh subur dapat menjadi salah satu pilihan berfoto. Hamparan pantai yang tak jauh dari lokasi konservasi juga dapat menjadi salah satu tempat untuk bermain dan berekreasi bersama keluarga.

Buka kali pertama saya bertandang ke sini. Ini yang kedua. Bagi saya kawasan konservasi penyu memang cocok diterapkan konsep ecoturism dan cocok untuk tempat wisata edukasi terutama bagi keluarga dan pelajar dalam menumbuhkan rasa peduli terhadapt hewan langka dan lingkungannya. 

Kawasan konservasi ini juga telah banyak didatangi, baik oleh para peneliti baik lokal maupun internasional seperti National Geographic, peneliti dari Jepang, Korea, Irlandia, Jerman dan Belanda. Belum lagi study magang mahasiswa dari seluruh Indonesia yang berkunjung ke konservasi penyu Kota Pariaman ini setiap tahunnya semakin meningkat, sehingga kawasan konservasi penyu kota pariaman semakin dikenal masyarakat luas dan mancanegara (Pariamankota.go.id).

Bila ada kesempatan dapat datang ke Konservasi Penyu Kota Pariaman untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelepasan penyu, sebab setiap tahunnya akan melepas ratusan tukik dengan melibatkan berbagai instansi ataupun kunjungan dari luar daerah. Tentunya dengan mengunjungi kawasan konservasi penyu ini dapat menjadi pilihan untuk memperkaya wawasan dan menumbuhkan kepedulilan terhadap pelestarian hewan langka.

Tidak terasa, usai juga kunjungan kami. Kemudian kami pergi meninggalkan penangkaran penyu ini untuk meneruskan perjalan berikutnya ke Rumah Tabuik Pasa yang terdapat taman lampu.

Fasilitas
Gerbang Menuju Konservasi Penyu Pariaman

Kantor UPT. Konservasi Penyu Pariaman
Patung Penyu di atas Aula Konservasi Penyu Pariaman
Kolam Karantina Penyu

Dua orang anak kecil sedang melihat penyu dewasa yang berada di kolam-kolam karantina.



Kolam Pemeraman Telur Penyu
Lokasi tempat pemeraman dan penetasan telur penyu.
Kawasan Hutan Mangrove


Gazebo Beraristektur Rumah Eropa

Referensi:
1. Situs Kota Pariaman
2. Blog Konservasi Penyu Kota Pariaman

————————————————————————————————————————————————————

©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment