Saturday, August 12, 2017

Sensasi Minang Saisuak di Kampung Adat Saribu Rumah Gadang Solok Selatan


Tiba-tiba lamunan saya terpecah, ketika putaran roda mobil ini berhenti. Sesaat itu sebuah lubang di jalan telah dilewati dan menggncang para penumpang. Saya mengalihkan pandang, melihat ke sekeliling kaca mobil untuk memastikan di mana saat ini.

Wah, tidak terasa sudah sampai di Kawasan Saribu Rumah Gadang. Itu terlihat dari landmark yang berwarna merah yang terpasang di tepi jalan. Kemudian, mobil masuk ke gapura hingga melewati beberapa rumah gadang dan sampai juga di tempat penginapan yang dituju.

Gerbang Perbatasan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan (2017)
Landmark Kawasan Saribu Rumah Gadang Koto Baru (2017)
Akhirnya, touchdown deh di Solok Selatan dan Kawasan Saribu Rumah Gadang. Dulu saya sudah pernah sekali pergi ke Solok Selatan, itu pun hanya ke kantor bupati di Padang Aro, kala itu sebatas kerjaan. Untuk menjelajahnya belum sama sekali, hanya bisa berangan-angan, tapi sebuah impian dan harapan yang alhamdulillah terwujud.

Saya bersama teman-teman dari Komunitas Blogger Palanta berkesempatan untuk menjelajah keindahan alam dan eksotisme Nagari Alam Surambi Sungai Pagu ini. Tentunya berkat undangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solok Selatan, Uda Nofris, pegiat pariwiata Solok Selatan dan teman-teman dari @infoSolSel dan @GenpiSolsel.

Bagi saya, menjelajah ke Solok Selatan itu bukan hanya melihat keunikan rumah gadangnya, tapi ada daya pikat lain yang harus dirasakan dan dinikmati tiap jengkalnya. Hal ini yang telah saya rasakan ketika pertama menapaki destinasi unggulan ini. Solok Selatan itu The Heart of Minangkabau.

Negeri 1000 Rumah Gadang dengan Segala Pesonanya 


Rumah Gadang Gajah Maram, rumah adat tradisional Minangkabau yang lengkap dengan rangkiang di Kawasa Saribu Rumah Gadang Koto Baru (2017)
Kabupaten Solok Selatan itu dikenal dengan banyaknya rumah adat Minangkabau atau rumah gadang yang masih bertahan dan digunakan secara turun temurun oleh para pewarisnya. Bukan skalanya di Sumatra Barat saja, tapi menjadi satu-satunya di dunia loh. 

Karena jumlah atapnya atau gonjongnya yang begitu banyaknya itu, membuat anak sulung Drs. Mohammad Hatta yakni Prof. Dr. Mutia Hatta memberi julukan Solok Selatan sebagai Nagari Saribu Rumah Gadang. Saat itu menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan sedang melakukan kunjungan kerja pada tahun 2008. 

Uda Nofrins sedang menikmati suasana perkampungan adat Minangkabau di Kawasan Saribu Rumah Gadang (2017)
Memang jumlahnya ada seribukah? Tentu tidak. Sebutan itu hanya kiasan atau ungkapan yang menunjukan banyaknya gonjong dan rumah adat Minangkabau yang masih terjaga. Keberadaanya pun sangat berdekatan satu rumah dengan rumah lainnya yang masih satu kawasan.

Dari data yang saya peroleh ada yang menyebutkan 130 rumah gadang dan ada juga yang menuliskan sekitar 170-an. Mungkin perlu ada kajian yang komprehensif untuk jumlah rumah gadang yang pastinya.

Kawasan Heritage dan Wisata Budaya

Rumah Gadang yang berbaur dengan rumah modern (2017)
Kawasan rumah gadang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta heritage, seperti saya ini. Bagi saya Nagari Saribu Rumah Gadang ini bukan sekedar wisata budaya saja, tapi saya sebut sebagai wisata heritage yang sangat kompleks. Ada cerita perjuangan anak bangsa, ada sejarah perkembangan Islam, budaya leluhur yang masih terjaga dan permainan anak nagari yang masih bertahan hingga saat ini. Itulah Nagari Saribu Rumah Gadang gambaran kecil dari Solok Selatan.

Kawasan ini meliputi tiga jorong yang berada di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat. Perjalanan darat dari Kota Padang ditempuh sejauh 150 km ini berhasil membawa kami tiba ke tempat ini dan memulai pertualangan saya di Kabupatan Solok Selatan.

Tim Komunitas Blogger Palanta tiba di Kawasan Saribu Rumah Gadang (2017)
Ketika turun dari mobil, rasa lelah badan selama hampir 4 jam perjalanan ini sirna. Saat mata saya memandang sekitar, terlihat atap gonjong dimana-mana. Ini merupakan bentuk tanduk kerbau yang menjadi ciri khas rumah tradisional Minangkabau.

Sore itu, langit cerah menyapa kedatangan kami, disambut pula dengan mentari yang jauh lebih terik dibandingkan Kota Padang. Kami semua menurunkan barang-barang yang ada di mobil dan membawa masuk ke dalam penginapan. Kedatangan kami disambut langsung oleh Bang Feri, Elsa dan pemilik pengiapan yang kemudian tidak berapa lama Uda Nofrins tiba menjumpai kami.

Sisi-sisi keunikan dari Kawasan Saribu Rumah Gadang yang eksotik dan mempesona (2017)
Eksotimse rumah gadang akan memikat siapa saja yang berkunjung ke Solok Selatan. Sebabnya, Solok Selatan dan Rumah Gadang selalu melekat dan tidak terpisahkan. Ingat rumah gadang yang jumlahnya banyak, ingat Solok Selatan. Branding daerah yang keren.

Dari data Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar tidak tertulis jika kawasan Saribu rumah Gadang Koto Baru ini menjadi daftar cagar budaya di Solok Selatan. Malah yang ada Kawasan Seribu Rumah Gadang Alam Surambi Sungai Pagu di Nagari Sungai Pagu. Padahal tempat ini juga memiliki nilai sejarah yang penting dan telah populer tidak hanya bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

Ini menjadi dapat menjadi perhatian bersama, meski pemerintah setempat telah mengusulkan kepada UNESCO sebagai salah satu cagar budaya warisan dunia. Tentu perlu kerja sama dan dukungan berbagai kalangan. Apalagi Kawasan Saribu Rumah Gadang Koto Baru ini menjadi finalis Anugerah Pesona Indonesia 2017 untuk katagori Kampung Adat Terpopuler.

Salah satu bentuk rumah gadang dengan gonjong yang berjumlah 7 (2017)
Selain jumlah yang banyak, bentuk rumah gadangnya pun juga beragam tipe seperti Gajah Maharam, Bodi Chaniago, Koto Piliang, Surambi Aceh, dan lainnya. Ini terlihat dengan jumlah atap runcingnya ada yang gonjong 3, gonjong 5, gonjong 6 dan masih banyak keunikan lainnya. Wajar, kawasan ini juga tercatat dalam Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai rumah adat terbanyak dalam satu kawasan tahun 2016 lalu.

Hal ini menandakan beragaamnya suku yang bermukim di kawasan ini. Dalam budaya dan adat di Minangkabau, tiap sukunya pasti akan memiliki satu rumah adat untuk kaumnya. Dari data, tercatat ada 8 suku yang tersebar di tempat ini meliputi Melayu, Bariang, Durian, Kampai, Panai, Tigo Lareh, Koto Kaciak, dan Sikumbang. Artinya menterjemahkan Solok Selatan itu sangat banyak. Bisa diulas dari berbagai sudut pandang dan sisi-sisi kehidupan sosial adat dan budaya masyarakatnya.

Lokasi Syuting Film Berlatar Minangkabau dan Destinasi Primadona

Poster Film Di Bawah Lindungan Ka'bah yang mengambil latar Kawasan Saribu Rumah Gadang (Foto: haji-nusantara.blogspot.co.id)
Nuansa perkampungan tradisional yang masih terpelihara menjadikan Kawasan Saribu Rumah Gadang Koto Baru ini pilihan untuk mengambil gambar video oleh berbagai stasiun televisi di Tanah Air. Tahun 2011 lalu digunakan sebagai lokasi syuting Film Di Bawah Lindungan Ka’bah yang diadopsi dari cerita novel klasik karya Buya Hamka. Semenjak itu tempat ini menjadi terkenal dan tentunya pengunjung pun semakin banyak.

Lambat laun tulisan dan gambar seputar Solok Selatan pun bertebaran dimana-mana. Ada liputan khusus tentang Saribu Rumah Gadang, mulai dari media cetak, televisi dan online. Menjadi latar syuting film televisi (FTV) dan tempat pengambilan gambar serial anak hingga religi. Kementerian Pariwisata RI melalui Tim Wonderful Indonesia pun mengadakan liputan di Solok Selatan.

Salah satu tempat lokasi syuting Film Di Bawah Lindungan Ka'bah dan menjadi objek foto favorit (2017)
Bukan diliput saja, tapi berbagai macam kunjungan pun berdatangan ke perkampungan adat ini. Ada yang penasaran dan ingin bernostagia kembali ke zaman dulu kala. Mulai dari kelompok angkatan sekolah yang mengadakan reunian di sini, gathering komunitas hingga para pelancong yang datang sekedar berswafoto berlatarkan rumah gadang. Termasuk kunjungan kami dari Komunitas Blogger Palanta.

Sensasi Menginap di Rumah Gadang, Seperti Apa? 

Salah satu spot instagramable di depan salah satu homestay (2017)
Kawasan Saribu Rumah Gadang ini berkembang menjadi perkampungan adat yang ditujukan sebagai destinasi wisata budaya unggulan di Solok Selatan. Untuk menunjang hal tersebut, tentunya diperlukan atrakasi, aksebilitas, dan amenitas. Bila ingin suatu destinasi wisata itu ingin berkembang dan hits. Dengan segala potensi yang dimilikinya, kehadiran penginapan (homestay) di Kawasan Saribu Rumah Gadang turut menunjang hal tersebut.

Menginap di rumah gadang menjadi hal yang wajib bila berwisata ke Kabupaten Solok Selatan. Kiranya seperti itu ungkapannya. Memang betul, tidak akan cukup bila menjelajah Kawasan Saribu Rumah Gadang hanya untuk berfoto-foto, tanpa bermalam dan merasakan sensasi perpaduan nuansa tempo dulu yang disajikan secara kekinian. 

Homestay berupa rumah gadang
Saya pun menaiki satu persatu anak tangga dari penginapan ini. Bukan penginapan kelas melati, apalagi berbintang layaknya hotel, melainkan rumah gadang yang dijadikan tempat homestay. Sesampainya di dalam rumah, tepatnya di ruang utama kami disambut dua hal yang menarik. 

Pertama kasur-kasur epuk lengkap dengan bantal dan selimutnya terbentang di hadapan. Kedua ada kuliner khas Solok Selatan yakni Pangek Pisang dengan ketan puluik dan teh hangat. Makanan ini lezat sekali, ada perpaduan rasa ketika mencicipinya. Saya baru pertama kali mencicipinya, gurih dan manis.

Meski bertipe homestay, tapi pelayanannya sudah seperti hotel ada welcome drink-nya yang menyajikan kuliner tradisional setempat, sehingga memberikan kesan pertama yang mengena dihati, serasa berada di rumah sendiri. Itulah kehangatan yang tercipta saat pertama menginap di rumah gadang ini.

Baca: Kuliner Khas Kabupaten Solok Selatan

Pangek Pisang Katan Puluik, kuliner khas dari Solok Selatan menjadi sajian 'welcome drink' saat menginap di Kawasan Saribu Rumah Gadang (2017)
Di Kawasan Saribu Rumah Gadang ini terdapat 10 rumah gadang yang reperesntasif digunakan sebagai homestay. Dulu tidak banyak tempat penginapanya, berkat pemberdayaan dan pendekatan yang dilakukan berbagai pihak, mulai dari Uni Ade dari ASATI. Kemudian Uda Nofrins serta dukungan pemerintah setempat, akhirnya banyak rumah gadang yang menjadi homestay dan bertambah dari semula 8 menjadi 10. Kemungkinan akan ada lagi yang menyusul.

Sembari istirahat sejenak, kami sudah mengambil posisi masing-masing dengan meletakan tas di sebelah kasur. Selain tidur di luar, bisa juga menggunakan beberapa kamar yang sudah disiapkan pemilik rumah. Termasuk di homestay yang saya tempati ini. Ada satu kamar yang bisa diisi untuk 2-3 orang (tentunya untuk tidur).

Susunan kasur yang lengkap dan rapi berada di ruang utama rumah gadang yang digunakan untuk lokasi tidur para pengunjung (2017)

Selama menjelajah di Solok Selatan, kami akan menginap dua malam di rumah gadang yang telah dijadikan homestay ini. Tiap penginapan diberi lebel nomor rumah gadang, pemiliknya dan kontak personnya. Untuk homostay yang kami gunakan bernomor 2 untuk Rumah Gadang Datuk Ratu dengan kontak person 081374117707. Untuk harga per malamnya sama rata semuanya Rp. 250 per orangnya. 

Konsep penginapannya seperti di rumah sendiri, sehingga suasana di rumah gadang pun sudah seperti berada di tengah keluarga sendiri. Aktivitas keseharian pun bisa dilihat seperti proses memasak sembari bercerita dengan si pemilik rumah atau ingin menonton televisi juga bisa, tapi biasanya jarang sih.


Solok Selatan itu memiliki udara sejuk karena banyak perbukitan dan gunung Kerinci, sehingga airnya pun sangat dingin. Untuk kamar mandinya pun cukup representatif dan tampilannya sudah menggunakan keramaik. Bila ingin mandi air hangat bisa meminta ke pemilik rumah. Jangan lupa untuk membawa handuk dan peralatan mandi sendiri.

Banyak sensasi yang dirasakan ketika menginap di rumah gadang. Bila siang hari suasana dalam rumah gadang sekilas akan panas, ternyata tidak, malah sejuk. Begitu juga ketika malam hari hawa hangat akan menyelimuti rumah gadang. Namun, jelang pagi dinginnya luar biasa. Jadi saat tidur jangan lupa gunakan selimutnya.

Untuk akses telekomunikasi tersedia, tapi yang mempuni untuk provider berwarna merah. Kabarnya, nanti tiap peninapan akan ada akses internet gratis. Semoga dapat cepat terealisasi. Mengingat peran dunia maya juga sangat penting dalam menjual Kawasan Saribu Rumah Gadang ini kepada dunia. Hehehe

Di ruang utama ini berbagai oranamen dan hiasan khas tempo dulu akan terlihat. Foto-foto jadul sang pemilik rumah dan keluarga akan terpanjang. Tongak kayu yang menjadi penopang berdirinya rumah ini melintang di tengah ruangan sebagai penanda kokohnya bangunan.

Kawasan Saribu Rumah Gadang ini dapat menjadi objek belajar bagi generasi muda akan kekayaan adat dan budaya Minangkabau. Kemudian menjadi bahan untuk melakukan penelitian dan pengabdian bagi perguruan tinggi. Bila ditelisik lebih jauh lagi, dalam pembangunan rumah gadang dan fungsi tiap ruangnya memiliki makna yang luar biasa. Itulah kehebatannya para leluhur kita dalam merancang rumah tradisional yang tak lekang oleh zaman.

Makananan Kampung yang Mengunggah Rasa dan Kerinduan

Sajian makan malam dengan cara bajamba di rumah gadang (2017)
Selama menginap, pengunjung akan memperoleh makan pagi dan makan malam. Pengunjung akan menikmati kuliner khas yang disajikan dengan tata cara makan tradisional Minangkabau, dikenal dengan makan bajamba dan makan menggunakan alas daun pisang. Beberapa alat makannya pun menggunakan barang-barang yang kesannya jadul. 

Untuk menu makan malamnya sangat mengunggah selera dan pelepas rindu. Namanya juga masakan kampung gitu, masih dengan cara tradisional menggunakan tunggu dan kayu bakar. Makanannya ada pangek ikan tabek, rendang ayam, karupuk sanjai, ikan tabek dengan sambel hijau, kerupuk jariang, gulai paku, sayur kangkung dan menu tradisional lainnya. Ada buah-buahannya juga, baik pepaya, pisang atau jeruk. 

Makan bersama dengan alas daun
Untuk menu makan paginya disediakan lontong gulai cubadak atau gulai lainnya beserta gorengan bakwan, ada juga gorengan pisang krispi bersama ketan pulik atau mungkin ada juga bubur kampiun dan kacang padi (bubur kacang hijau). 

Makanan ini menjadi menu pagi yang umumnya disajikan atau dijual oleh masyarakat di Minangkabau. Namun, hal yang menariknya pengunjung dapat menikmati suasana pagi di rumah adat Minangkabau dengan kuliner khasnya ini. Apalagi juga baru pertama kali ke Ranah Minang.

Menu sarapan pagi dengan pisang goreng ketan
Add captionMenu sarapan pagi dengan lontong gulai berserta gorengan bakwan
Welcome drink kuliner khas Solok Selatan dan Teh/Kopi khas Solok Selatan juga.
Bagi yang ingin kopi dan teh juga tersedia setiap saat selama di penginapan. Apalagi para pencinta kopi dan teh sangat pas sekali ketika berkunjung ke Solok Selatan ini, karena kedua minuman tersebut memiliki rasa yang berbeda dibandingkan dengan tempat lainnya. Sebagai informasi saja, teh dari perkebunan Liki Solok Selatan itu dikenal dengan teh putih yang kualitasnya nomor 1 untuk di ekspor. Ratu Belanda saja menyukainya loh.

Pertunjukan Kesenian Tradisional yang khas.


Di Kawasan Saribu Rumah Gadang, pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukan kesenian tradisional yang unik dan khas dari Solok Selatan yang ditampilkan saat acara adat tertentu dan penyambutan tamu. Ada Tari Tampuruang, uniknya yang menjadi penarinya adalah para Bundo Kanduang yang usianya di atas 40 tahun. Mereka memainkan dua tempurung yang dipengangnya sembari menari mengikuti irama talempong dan gendang yang ditabuah.

Kemudian ada juga pertunjukan Silat Luncua, ditampilkan serupa dengan Tari Tampuruang jika ada permintaan pengunjung atau acara adat. Silat Luncua ini merupakan salah satu aliran bela diri silat di Minangkabau. Diberi nama ini karena gerakan gerakan kunciannya seperti meluncur.

Dari berbagai tulisan diceritakan, silat ini diciptakan oleh Pakiah Rabun yang berasal dari kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok. Sayangnya karena tidak berkembang di daerah asalnya, maka Pakiah Rabun mengembangkanya di Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan.

***

Ingin menikmati suasana Minang Saisuik di Sumatra Barat? Sangat pas berkunjung ke Saribu Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan. Sensasi rasa Minangkabau yang luar biasa dan melekat di hati. Saya saja jatuh hati, ketika merasakan menginap di rumah gadang. Pokoknya memoriable banget!

Petualangan saya di Solok Selatan masih ada banyak lagi. Ini baru sepenggal cerita saat menikmati sensasi menginap di rumah gadang. Tentunya dengan segala rasanya. Belum lagi menikmati pesonanya, berkeliling dan melihat representasi Minangkabau sesungguhnya di Kawasan Saribu Rumah Gadang.

————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

14 comments:

  1. Wooow,, komprehensif bay...

    waaaa jadi kangen nginep disini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus komprehensif da hehehehe
      Betul da rindu suasananya apa lagi tidur rame-rame hehe

      Delete
  2. Wiii seru banget bisa liat rumah gadang beratap runcing.
    dari dulu aku selalu ingin main ke rumah gadang langsung dari asalnya, Padang.
    Pasti bakal keren banget kalo bisa moto-moto berlatar belakang puluhan rumah Gadang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia seru banget mas. sensasi berada diperkampungan adat Minangkabau. Unik dan mengesankan.
      Ayok ke padang mas.
      Ia spot menarik untuk berfoto apalagi klo menginap di rumah gadang nya. seru sekali.

      Delete
  3. woooowwww.... jadi ngiler liat makanannya... asik juga nginep di rumah gadang yang asli.. saya pernah juga nginep di Mifan di padangpanjang.. penginapannya bentuknya rumah padang juga...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe ia mas. Seru loh kalo nginap di rumah gadang apalagi klo rumahnya berumur puluhan dan ratusan tahun. sangat menarik hehee

      Delete
  4. whaaaa asyiiik
    rumah2 gadang itu ya sellau asyik klo difoto
    apalagi suana senja
    berasa di hikayat2
    makanannya juga ya allah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia Uda. Suasana yang diciptakan memang menawarkan ke zaman tempo dulu. Ranah Minang sesungguhnya. Hehehehe

      Makanannya khas juga dan original. Enak enak Uda. Hehe

      Ayok ke Solok Selatan

      Delete
  5. Pertahankan keberadaan rumah Minang, rumah ini daya tarik wisatawan Lokal, nasional dan mancanegara, apalagi ada kuliner khas derah.Yahuuuud deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia Pak, Ini bentuk dan upaya pelestarian pak. Semoga tetap terjaga dan terus dikembangkan dengan baik sehnigga dapat dikenal lebih luas dan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat banyak

      Delete
  6. trip yang menyenangkan, apalagi bisa tidur bareng di rumah warga ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya itu menyenangkan sekali mas. Bisa berbaur dengan masyarakat dalam kesehariannya

      Delete
  7. Itu Uda Nofrins namanya.. Ada huruf N nya... 🤓

    ReplyDelete