Monday, September 16, 2019

Nikmati Musim Asap dan Kenali Kedatangannya


Negeri yang tertutup asap. Bisa dibilang seperti itu. Ada anekdot yang berkembang, jika Indonesia terdiri dari dua musim saja, tapi tidak bagi pulau Sumatra dan Kalimantan. Di daerah ini tambah satu musim lagi jadi ada tiga yaitu musim penghujan, musim kemarau dan musim asap.

Musim asap begitulah kiranya. Masyarakat yang acap kali terkena dampaknya ini tidak bisa berbuat banyak. Pasrah dan menunggu keajaiban. Jika ditanya penyebabnya, ya karena kebakaran hutan dan lahan. Jika ditanya lagi kok bisa? Ya bisa atuh, lihat saja di postingan warganet di media sosial dan pemberitaan sudah banyak berseliweran. Aku tidak akan bahas soal itu.

musim asap
Perbukitan yang terlihat di Pasar Raya Padang tampak blur (Agustus 2019)
Sudah beberapa bulan ini pandanganku rasa kabur, seolah sedang sakit atau pening. Nyatanya tidak ini asap yang mulai datang dan bertebaran ke daerah kami. Ia di Padang pun terpapar asap yang merupakan polutan berbahaya jika dikonsumsi hidung tiap hari. Asap ya jangan dibilang kabut asap.

Sebagai anak kimia, aku mau memberi informasi, kabut asap itu dua hal yang berbeda. Kabut (fog) merupakan bentuk koloid aerosol cari dari fasa terdispersinya cair. Sedangkan asap (smoke) adalah bentuk aerosol padat dari fasa terdispersinya Padat. Jadi yang terjadi saat ini karena asap.

musim asap
Suasana Kota Tua Padang yang biasanya terlihat bukit barisan. (September 2019)
Mau tau penanda datangnya musim asap? Ini ciri sederhananya. Coba tengok perbuktian. Loh kok bukit pula? Begini, Padang itu memiliki kawasan perbukitan yang posisinya terletak di sebelah timur. Ini merupakan bagian dari bentangan bukit barisan.

Jika perbukitan tersebut tidak terlihat atau blur, sudah dipastikan asap tiba ke Padang. Memang kejadian ini jarang terjadi, tapi sekali terjadi langsung gawat asapnya seperti tahun 2015 lalu. Melihat bukit dapat menjadi indikator sederhana yang aku terapkan.

Kemudian indikator berikutnya bila malam tiba, lihat deh lampu penerangan jalan. Jika musim asap akan terjadi pembiasan seolah berada di daerah yang berhawa sejuk. Padang bukan berada di daerah ini loh. Atau bisa juga tandanya asap kendaraan bermotor.

musim asap
Matahari yang terlihat bulat sempurna dengan warna merah kejinggaan di Aie Pacah Kota Padang (September 2019)
Nah, saat siang hari pun bisa dilihat. Terlebih jelang senja. Matahari akan berbentuk bulat sempurna dan berwarna merah kejianggaan. Biasanya kondisi ini sudah menunjukan kualitas udara sudah tidak sehat. Dalam kondisi normal bentuk matahari tidak bisa dilihat begitu saja harus menggunakan alat pelindung mata. Jika tidak bisa buta. Jangan coba-coba deh.

Bagi yang sensitif dengan kualitas udara. Pasti akan merasakan dampaknya dengan cepat. Lagi pula bila kualitas udara menurun dari biasanya akan sesak juga. Jika semakin buruk, mata akan perih,  kulit iritasi, napas mulai semakin sesak bisa terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), hipoksia hingga dapat berujung pada kematian.

musim asap
Papan informasi indeks pencemaran udara di Padang yang berada di Kantor Gubernur Sumbar (September 2019)
Aku sendiri sering lihat aplikasi pemantau kualitas udara via ponsel yaitu AirVisual. Aplikasi ini aku gunakan tempo hari saat pergi ke Jakarta per tengahan tahun 2019 lalu. Sangat membantu sekali seperti aplikasi BMKG, untuk memonitor kualitas udara di kota kita dinyatakan dengan nilai Air Quality Index (AQI). Namun, akan terbaca di kota-kota besar dan daerah yang sudah ada sensor pemantau kualitas udaranya. Bisa di cek disitusnya.

Gawatnya lagi ketika musim asap tiba suhu udara makin panas,  mau tidak mau harus dinikmati. Ia di nikmati. Memperbanyak minum air putih, makan sayuran dan buah-buahan agar tetap fit. Terpenting saat beraktivitas di luar ruangan harus rajin mengunakan masker. Sebenarnya ada banyak jenisnya, seperti masker kesehatan, N95, respirator dan lainnya. 

Biasanya dalam kondisi parah digunakan masker jenis N95 jangan masker kesehatan yang warna hijau apalagi yang beragam motif dan warnanya. Jadi, bila tidak musim asap pun baiknya menggunakan masker. Setidaknya masker kesehatan jika kita berkendara roda dua. Kadang suka mengabaikannya, padahal polusi dari asap kendaraan itu berbahaya juga.

Upaya prefentif lainnya dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi membakar sampah, baik organik dan anorganik. Ini menjadi sumber polutan juga.

Tidak ada salahnya bila di rumah memperbanyak tanaman hias yang dapat menyerap partikel debu, asap rokok dan racun lainnya. Tanpa disadari tanaman ini mudah dijumpai dan ada di sekitar kita. Seperti lidah mertua, lidah buaya, dracaena/pohon naga, dolar zamia, sri rejeki, tapak angsa, paku sarang burung, bunga lili, sirih belanda, palem kuning, pakis boston, kembang sepatu dan lainnya.

musim asap
Gunung Padang dan suasana Pantai Padang yang berselimut asap (September 2019)
Sebagai daerah tujuan wisata, Padang dan Minangkabau umumnya ikut merasakan dampaknya. Perlu penanganan dan pencegaahan yang serius dari pemangku kebijakan. Pasalnya keindahaan alam yang disuguhkan akan terganggu. Seolah membayang. Masih enak jika berkabut seperti yang terjadi di Puncak Lawang, seger dan adem. Kalau ini serem ah bisa sesak napas dibuatnya.

Seperti kata pepatah, mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Mari kampanyekan tagar #MelawanAsap dengan gerakan Yuk Pake Masker. Mengingatkan itu penting.
———————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

28 comments:

  1. Semoga lekas berlalu, bang.
    Tahun ini kebakaran hutan jauh lebih banyak titiknya, semoga lekas hujan turun sehingga membantu para petugas yang berusaha memadamkan lahan terbakar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. IA semoga saja karena asap ini sangat mengganggu sekali. Terutama kalo lagi hunting ke alam gk dapat nuansa yang ijo-ijonya dhehehe

      Delete
  2. Aduuh, kok serem musimnya. Semoga ada jalan keluarnya, ada solusi yang nyata

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali. Tidak bisa dibayangkan jika asapnya semakin pekat. Sekak sekali jika bernapas. Semoga ada perhatian yg serius terkait ini

      Delete
  3. Duh sedih banget
    Asap ternyata sampai ke Padang
    Semoga musim hujan lekas tiba ya ?
    Walau itu berarti rumahku bakal bocor :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe mau gmn lagi semuanya kena dampaknya.

      Berharap ada hujan turun. Panasnya gk tahan efek asap ini

      Delete
  4. Aku kena asap rokok aja ga tahan. Pusing dan mual. Gimana saudara-saudara kita yang terkepung asap kahutla. Semoga kondisi ini segera membaik. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama asap rokok bikin sesak dan bikin bau baju. Betul sekali semoga ada solusi dan penanganan yg serius terkait ini

      Delete
  5. Aku ikut sedih dengan bencana asap ini, mengapa selalu terjadi berulang gitu. Familiku tersebar tinggalnya, ada juag di Pekanbaru, Padang, Palembang, dan di Kalimantan juga. Mereka sih selalu di dalam rumah kalo nggak ada kegiatan di luar. Memilih aman tapi kan teteap aja nggak nyaman kalo keluar rumah sebentar langsung sesak napas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia setidaknya terus melakukan upaya preventif jika musim asap tiba. Semoga lekas berlalu

      Delete
  6. Malu kita sama negara tetangga. Pasti diliput juga soal musim asap ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mau gmn lagi bang. Risikonya bg kalo pembukaan lahan dll dgn cara2 pembakaran

      Delete
  7. Bencana asap ini sungguh miris, seharusnya bisa ditanggulangi jika orang orangnya mau peduli lingkungan dan tak mementingkan kekayaan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita tidak tau sebabnya kenapa yang jelas ini membuat sengsara banyak orang. Semoga yang oknum yg melakukan pembakaran atau apalah dapat ganjarang yg setimpal

      Delete
  8. Wahhahaha selalu nikmatin hidup di setiap suasana ya bang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus dinikmati. Sebagai bentuk rasa syukur. Apapun kondisinya

      Delete
  9. Tiap tahun memang kebakaran hutan udah kayak musim tambahan. Keadaan di Padang sama seperti di Palembang. Jangan sekali2 keluar rumah tanpa menggunakan masker. Perhatian dan penjangaan lebih untuk bayi dan balita jg harus selalu siap siaga. Semoga cepat turun hujan. Semoga manusia2 semakin sadar tentang pentingnya alam untuk kehidupan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali uni. Tahun ini musim asapnya lebih parah tahun sebelumnya. Bisa sama dgn tahun 2015. Berharap ada penangan yang serius dan segera turun hujan

      Delete
  10. Semoga segera turun hujan ya...biar asapnya cepat hilang dan kebakaran hutan tidak terjadi lagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harapannya seperti itu hujan dengan intensitas yang cukup dapat memadamkan spot api

      Delete
  11. Wah aku miris banget kalau berbicara soal ini..ga selesai selesai dr jaman dahulu kala..huhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia betul belom ada solusi yang benar benar nyata karena dampaknya kan ke masyarakat juga

      Delete
  12. Kebetulan saya lagi dinas di Sumbar juga, september kemaren sempat 2 hari asap pekat sekali. Untung anak2 sekolah diliburkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia itu sudah parah banget kondisinya makanya ada istruksi untuk diliburkan

      Delete
  13. Semoga asap hilang dan kondisi udara berangsur membaik ya mas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mas. Kasihan masyarakat yg berada di titip kebakarannya susah utk melakukan aktivitas sehari hari

      Delete
  14. Semoga kedepannya tidak ada lagi kebakaran dan suasana semakin kondusif bang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia harapannya begitu. Soalnya tiap tahun selalu saja seperti itu

      Delete