Tuesday, October 14, 2014

Telusuri Benteng dan Bunker di Gunuang Padang


Gunung Padang memiliki banyak cerita dan objek wisata yang patut dijelajahi salah satunya benteng dan bunker yang merupakan situs peninggalan zaman penjajahan. Ketika itu, kawasan pesisir pantai Kota Padang menjadi basis pertahanan oleh penjajah Jepang. Hampir disetiap titik daerah tepi pantai Kota Padang terdapat sisa-sisa benteng dan bungker dimulai dari Teluk Bayur hingga daerah Tabing.

Gunung Padang sendiri berada pusat Kota Padang kira-kira lebih dari 5 km, kita bisa melewati sepanjang pesisir pantai Padang kemudian menuju arah jembatan Siti Nurbaya. Ikuti saja jalan hingga ke bawah jembatan, lurus terus dengan menyusuri tepian sungai Batang Arau hingga menuju arah Gunung Padang yang berada di muara sungai. Tepatnya berada di Kelurahan Kampung Seberang Pabayang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.

Sesampainya dilokasi akan disambut dengan gerbang yang bertuliskan Objek Wisata Gunung Padang. Untuk setiap kendaraan yang diparkir akan dikenakan biaya retribusi sebesar Rp.3000 per unitnya. Masuk ke lokasi Gunuang Padang pun dengan menggunakan karcis masuk yang harganya Rp.5000 untuk dewasa dan Rp.3000 untuk anak-anak.

Di kawasan ini akan dijumpai beberapa bunker, pilbox dan battery hasil peninggalan zaman penjajahan Jepang plus dengan meriamnya. Peninggalan sejarah tersebut dapat ditemui beberapa meter setelah melewati gerbang objek wisata Gunuang Padang. Di sana dapat melihat-lihat kedalamnya atau mengabadikan gambar dengan kamera kita.

Bungker I


Beberapa meter dari gapura masuk akan menemukan bungker pertama yang berdekatan dengan rumah penduduk. Saat ini digunakan untuk kandang hewan. Bungker ini memiliki ketebalan kira-kira 80 cm dengan luasnya sekitar 5 x 3 meter persegi. Bungker ini dulunya digunakan sebagai banguan pertahana yang secara keseluruhan bangunannya dibawah tanah.


Bungker II


Setelah itu, beberapa langkah saja kita akan berjumpa dengan bunker kedua yang berhadapan langsung dengan kedai milik warga. Saat ini digunakan sebagai gudang. Bungker ini kira-kira memiliki ukuran yang sama dengan bungker pertama dengna ketebalan dinding 80 cm dan luasnya sekitar 5 x 3 meter persegi.

Pilbox Gunuang Padang



Bersebelahan dengan banker kedua, terdapat satu bangunan yang bertipe pilboks. Banguana ini memiliki ruangan cukup luas, dengan dinding beton yang tebal hampir 1 meter. Menariknya masih terdapat meriam besi yang besar dan dengan tipe benteng yang berbentuk empat poligon setengah lingkaran dibangun sekitar tahun 1942-1945.

Banguan ini berada dilereng bukit yang menghadap pantai Kota Padang. Bila dilihat dari posisi dan letak kedudukan meriamnya, kemungkinan dapat digeserkan ke kiri dan ke kanan serta atas dan bawah.



Bangunan Burgerlijke Openbare Werken (BOW) 


Kemudian terdapat satu bangunan yang memiliki bentuk seperti rumah yang tertulis BOW dan memiliki dua ruangan yang tak beratap. Ternyata bangunan yang menyerupai benteng ini merupakan Burgerlijke Openbare Werken (BOW) yang merupakan cikal bakal dari Dinas Pekerjaan Umum saat ini sejak 1866.


Bungker Taman Siti Nurbaya


Bila sampai puncak Gunuang Padang yang dikenal dengan Taman Siti Nurbaya akan terdapat dua bunker. Kemungkinan bila dilakukan penggalian lagi dilokasi ini akan ada banyak lagi bungker yang tersembunyi.




Battery Gunuang Padang


Selain itu juga terdapat bangunan Battery yang berada di puncak Gunuang Padang yang merupakan bangunan pertahanan di ruang terbuka. Saya sempat mengira bangunan yang berbentuk lingkaran dari bebatuan yang telah dibeton ini hanya bangunan pelengkap sana ternyata peninggalan pertahanan Jepang.

Di sana terdapat dua Battery, satu menghadap ke pesisir pantai Kota Padang dan satu lagi menghadap pelabuahan Teluk Bayur dan Pantai Air Manis. Mengingat pada zaman dulu Gunung Padang dijadikan salah satu basis pusat  pertahan tepi pantai oleh penjajahan Jepang.

Gunuang Padang menjadi saksi dari berbagai kejadian penting dari perkembangan Kota Padang, mulai dari kedatangan bandar dagang VOC, bajak laut Perancis hingga masuknya tentara Jepang.


***Semua foto merupakan karya pribadi dan data-data bersumber dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar dan observasi lapangan.
———————————————————————————————————————————————
 ©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment