Monday, April 3, 2017

Pacu Jawi Antara Budaya dan Atraksi Balapan Sapi di Minangkabau


Pacu Jawi menjadi tontonan yang wajib disaksikan bila bertandang ke Ranah Minang. Atraksi nenek moyang ini telah menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan dari generasi ke generasi. Pertunjukannya pun selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Menyaksikan Pacu Jawi atau dalam bahasa Indonesia bernama Balapan Sapi ini, memang pengalaman yang luar biasa dan sangat mengesankan. Untuk pertama kalinya saya melihat balapan sapi khas Minangkabau ini. 

Tempo itu, tepat pada akhir bulan Maret 2017, saya bersama rombongan peserta Sosialasiasi Branding Pesona Indonesia Kementrian Pariwisata mengadakan filed trip melihat pertunjukan Pacu Jawi di Sawah Si Ujang, Jorong Ruah XX, Nagari Labuan, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.

Pacu Jawi Tradisi Ratusan Tahun


Langit saat itu tidak begitu terik. Meski tengah hari, tapi suasannya tidak panas menyengat. Antara mendung dan cerah. Bus yang saya tumpangi sudah tiba di persimpangan menuju lokasi pentas.

Saya dan rombongan turun, kemudian kami berjalan melewati perkampuangan penduduk setempat, masuk ke area persawahan hingga tiba di arena Pacu Jawi.

Awalnya, Pacu Jawi merupakan permainan anak nagari berupa balapan sapi  yang diadakan selepas panen padi. Kabarnya atraksi ini telah ada sebelum zaman penjajahan dan masih di era kerajaan Pagaruyuang. Meski belum ada catatan sejarah Pacu Jawi yang mengulasnya lebih detail mengenai hal ini.

Atraksi Pacu Jawi ini memanfaatkan area persawahan yang berair dan penuh dengan lumpur sebagai arena pertunjukannya.

Pacu Jawi tumbuh dan berkembang di Kabupaten Tanah Datar dan menjadi iven parwisata yang menjadi daya tarik masyarakat dunia.

Tidak semua daerah di Kabupaten Tanah Datar menyelenggarakan atraksi Pacu Jawi ini, hanya terdapat pada empat kecamatan yang meliputi Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Lima Kaum, dan Kecamatan Sungai Tarab.

Dulu biasanya tiga kali dalam setahun. Semenjak menjadi iven pariwisata, aktraksi Pacu Jawi terus diadakan setiap akhir pekan sebanyak empat kali berturut-turut dalam sebulan. Pelaksanaannya selalu ada sepanjang tahun dengan lokasi yang berbeda-beda di empat kecamatan tersebut.

Atraksi dilakukan mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Namun, waktu yang tepat untuk menyaksikannya usai salat Zuhur. Kabarnya, dalam satu pertunjukan, jumlah sapi yang berpacu bisa mencapai 500 hingga 800 ekor.


Saya tiba di lokasi sedikit telat, tapi masih bisa menyaksikan atraksi Pacu Jawi ini. seluruh arena pertunjukannya sudah disesaki oleh masyarakat. Penontonnya berbaris rapi.

Suasana yang tercipta terkesan bukan seperti di zaman modern. Mengapa? Para penonton yang didominasi oleh orang dewasa ini mengugunakan topi-topi yang kesannya jadul serta raut mukanya nampak kedaerahannya. Seakan membawa saya ke dalam masa penjajahan tempo dulunya.

Ada hal menarik yang saya lihat ketika sampai. Alunan saluang nan indah menggema ke segala penjuru dan suara khas talempong silih berganti terdengar. Begitu juga suara gendang yang dipukul turus menyemarkan atraksi Pacu Jawi.

Ditambah panorama alam yang hijau berpagar perbukitan dan terlihat Gunung Marapi yang menjulang mejadi harmonisasi yang indah antara alam dan kehidupan manusia.

Sebelum melihat atraksi Pacu Jawi, saya melihat terlebih dahulu penampilan kesenian Minangkabau berupa tari piring yang dibawakan oleh anak-anak nagari. Kerennya terdapat anak kecil yang sudah lincah menari-nari.


Terdapat pengalaman yang tidak bisa diungkapkan ketika menyaksikan Pacu Jawi ini. Saya berdiri diposisi finish yang merupakan posisi untuk para fotografer. 

Dari sini bisa melihat dengan mudahnya para sapi yang berlari-lari ke arah saya. Cipratan lumpur menggumpal dan bertebarangan ke segala arah menjadi atraksi yang menarik. Begitu juga teriakan si joki dan tawa pengunjung yang turut memeriahkan pelaksanaan tradisi ini.

Nantinya akan ada dua ekor sapi yang dipasangkan bingkai bajak sawah. Kemudian dipacu oleh seorang joki dengan berpijak di kedua ujung bingkai bajaknya. 

Untuk memulai aksinya, si joki akan mengigit ekor sapi dengan sekuat tenaga. Harapanya agar kedua sapinya dapat berlari kencang. Setelah itu, sang joki akan memegang ekornya untuk menuntun laju kedua sapinya hingga mencapai titik finish yang telah ditentukan.

Sapinya ada yang berlari lurus hingga selesai, ada pula baru mulia sudah belok, dan ada juga keluar jalur. Sesekali ada pula sapi yang menuju saya.

Inilah sensasinya. Kurang sigap sedikit, maka akan diseruduknya atau setidaknya terkena cipratan lumpurnya. Untuk mengatasi hal tersebut lintasan pacu lebih rendah posisinya dari para penonton dan dipagar sebagai bentuk proteksi untuk mengurangi risiko kecelakaan pada pengunjung.

Pacu Jawi Sarat akan Filosofis Kehidupan


Atraksi Pacu Jawi ini sarat akan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tiap rangkaian penampilannya. Terdapat dua prosesi ketika atraksi Pacu Jawi ini. Saat mulai kegiatan pada awal bulan dan pada acara puncaknya yang merupakan penutupan tradisi alek nagari ini.

Di acara puncaknya ini akan dihadiri oleh para ninik mamak dan pertunjukan kesenian tradisi mulai dari tari-tarian dan alunan alat musik khas Minangkabau. Bahkan sapinya pun akan dipercantik dengan menggunakan pakaian adat dan suntiang.

Pacu Jawi dilaksanakan sebagai permainan anak nagari yang dalam perjalanannya berkembang menjadi olahraga. Hal ini sebagai bentuk aktualisasi nilai-nilai warisan budaya yang telah hadir di tengah-tengah masyakarkat.

Filosofi Pacu Jawi ini selain bentuk permainan tradisional juga sebagai wujud rasa syukur, semangat, dan kegembiraan masyarakat usai panen padi serta untuk mengisi waktu luang menjelang masa penanaman padi berikutnya.


Pacu Jawi tidak diperlombakan sebagai pertandiangan dengan adanya pasangan lawannya, tapi hanya dibiarkan saja lepas melaju lurus hingga sampai finish. Hal ini agar menghindari unsur perjudian dengan adanya taruhan antar pemilik sapi.

Namun, untuk menilai sapi yang terbaik dilibat dari kecepatan sapi yang berlari lurus dan saling beriringan. Hal ini ada filosofinya yang bermakna lurus tersebut diasosiasikan dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari agar selalu pada jalan yang lurus. Artinya berada pada ketentuan Tuhan.

Atraksi Pacu Jawi ini juga sebagai isyarat pemimpin dan rakyat yang digambarkan harus saling berjalan bersama. Oleh karena itu, sapi yang dipakai untuk atraksi Pacu Jawi ada dua ekor.

Tidak jarang selama kegiatan atraksi Pacu Jawi menjadi ajang unjuk gigi kelihaian para joki dan kekuatan sapi. Bila sapi yang terbaik, biasanya secara otomatis akan menaikan harga jaulnya sehingga dapat berdampak untuk meningkatkan perekonomian pemilik sapi. 

Atraksi Pacu Jawi ini juga memberikan income tambahan bagi perekomomian masyarakat yang menjadi lokasi pertunjukan, seperti munculnya pedagang dadakan. Ada yang menjual minuman, makanan hingga kue-kue tradisional. Bagi saya atraksi Pacu Jawi ini unik dan mengesankan.

Pacu Jawi Beda dengan Karapan Sapi


Di Minangkabau, atraksi Pacu Jawi ini hanya berlangsung di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Limapuluhkota. Sekilas atraksi ini mirip dengan Karapan Sapi di Madura, tapi nyatanya sangat berbeda.

Terlihat dari cara pelaksanan dan lokasinya. Pacu Jawi diselenggarakan di hamparan sawah yang berteras-teras dan arena pacu yang berupa petak sawah berlumpur. Posisi penonton berdiri di petak sawah yang lebih tinggi dari arena pacu.

Lain hal dengan Karapan Sapi yang dilaksanakan di lapangan yang kering. Sapi dilombakan dengan pasangan lawan untuk menentukan pemenangnya dan mendapatkan hadiah.

Kemudian dua sapi ditunggani oleh seorang joki yang berdiri di atas dua batang kayu dan disusun serta dikaitkan ke dua sapi tersebut agar dapat berlari kencang. Joki pun menggunakan cambuk berduri untuk memulainya.

Pemerintah Kabupaten Tanah Datar secara konsisten membina dan mempertahankan kegiatan Pacu Jawi ini sesuai tradisi dan kebiasaan masyarakat.

Pemerintah lebih banyak memfasilitasi ataupun membantu mengemas acara ini menjadi lebih baik sehingga bisa dipromosikan dan dijual kepada para wisatawan nusantara dan mancanegara. Seperti ditulis dalam situs pacujawi.com.

Terdapat organisasi pengelolanya bernama PORWI atau Persatuan Olahraga Pacu Jawi. Organisasi ini ada mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan hingga nagari. Melalui PORWI inilah yang mengkoordinir jadwal pelaksanaan secara bergiliran.

Serunya Berburu Foto Atraksi Pacu Jawi


Atraksi Pacu Jawi ini sangat memikat perhatian pengunjung. Bukan sekedar tradisi yang rutin digelar, tapi menjadi telah pesta rakyat yang ditunggu-tunggu. Pacu Jawi tidak akan lengkap bila hanya menontonnya saja tanpa diabadikan.

Para penikmat fotografi akan antusias ketika melihat atraksi Pacu Jawi ini. Betapa tidak, mereka dituntut untuk bisa memotret tiap rangkaian Pacu Jawi ini sehingga menghasilkan karya yang mengesankan. 

Mereka harus mempersiapkan dan memaksimalkan peralatan potretnya agar memperoleh ekspresi yang humanis. Terpenting dari aktraksi Pacu Jawi ini secara tidak langsung menguji kemampuan para fotografer dalam mengambil komposisi gambar yang bernilai estetik.


Perlu diketahui juga foto atraksi Pacu Jawi ini telah mengantarkan para fotografer keren belahan dunia untuk merahi prestasi dalam berbagai kompetisi foto baik tingkat nasinal dan internasional.

Salah satu diantaranya ada senior saya yang pernah menjuarai lomba dari hasil jepretan Atraksi Pacu Jawi ini. Luar biasa bukan? Membawa berkah.

Saya berkesempatan mengabadikan moment aktraksi Pacu Jawi ini. Saya mengambil posisi di lintasan finish bersama pak EJK dan rombongan lainnya.

Untuk mengambil gambar aktraksi Pacu Jawi yang bagus itu tidak mudah, harus tahu kondisi lingkungan sekitar, cuaca, dan tentu peralatan pedukung serta setting kameranya.

Di tengah keasikan menonton atraksi Pacu Jawi, tiba-tiba salah satu rombongan mengingatkan kami untuk kembali ke bus. 

Sebabnya, waktu field trip sudah habis dan saatnya kembali menuju Kota Padang. Kata Pak EJK, ibarat sedang asik main bersama teman, kemudian orang tua memanggil. Begitulah rasanya hehe

Pacu Jawi ini pernah meraih juara kedua Atraksi Budaya Anugerah Pesona Indonesia Tahun 2018 dari Kementerian Pariwisata.

Ternyata atraksi Pacu Jawi telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 9 Oktober 2020. Hal ini tidak lepas dari kekuatan sejarah, filosofi, nilai nilai serta seluruh seluk beluk Pacu Jawi yang sangat unik dan menarik.

Menyaksikan atraksi Pacu Jawi memang tidak akan pernah bosan. Selalu menarik dan memberikan kesan tersendiri. Pacu Jawi menjadi atraksi yang tidak pernah sepi peminatnya dan telah mendunia.

Nah, bertandang ke Sumatra Barat, jangan lupa agendakan untuk menyaksiakan atraksi Pacu Jawi.


Tips Menyaksikan Atraksi Pacu Jawi:

  • Menuju lokasi tidak sulit, meski berada di dalam perkampungan warga. Dari Kota Padang menuju Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar sekitar 102 km dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit berkendara. Jika dari Bandara Internasional Minangkabau sekitar 80 km dalam waktu 2 jam.
  • Transportasi yang digunakan bisa motor, mobil dan bus pariwisata.
  • Waktu yang paling baik untuk menyaksikan atraksi Pacu Jawi usai salat Zuhur.
  • Selalu menggunakan topi, jaket dan pakaian yang tidak menyerap panas dan nyaman, karena berada di tanah lapang yang langsung terpapar sinar matahari. Kemungkinan akan terkena cipratan lumpur, jangan lupa bawa pakaian ganti.
  • Sesampainya lokasi disarankan menggunakan sendal jepit atau sendal untuk berpetualang sebab akan berada di lingkungan yang berlumpur dan becek.
  • Bagi yang ingin memotret jangan lupa membawa pelindung lensa agar aman dari cipratan lumpur.
  • Jangan lupa bawa makanan ringan dan air mineral selama menyaksikan atraksi Pacu Jawi atau bisa juga membelinya di lokasi sebab banyak pedagang yang menyediakannya. Nanti buang sampah pada tempatnya ya.
  • Selalu cari tahu informasi jadwal atraksi Pacu Jawi di situs resmi pacujawi.com atau sosial media di Sumatra Barat.
Selamat menyaksikan atraksi Pacu Jawi, the spirit of Minangkabau.
—————————————————————————————————————————————
Bayu Haryanto – biasa disapa Ubay. Penikmat senja yang bermimpi untuk explore Indonesia dengan tagline #JelajahNagariAwak. Pemotret yang suka dipotret. Perngkai kata dalam blog kidalnarsis.blogspot.co.id. Jejaring sosial Twitter @beyubay dan Instagram @beyubaystory.

Traveling  Explore  Journalism  Photograph  Writer  Share  Inspire

 ©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

4 comments:

  1. Jokinya bisa ya jaga keseimbangan gitu dgn kecepatan lari sapi yg kencang :D. Tp aku ga bisa ngebayangin hrs gigit ekor sapinya itu mas.. Antara ga tega, dan juga geli hrs ngegigitnya hihihihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe ia mbak itu pula khasnya dari Pacu Jawi ini. Hehehe
      Kalo gk digigit gk bisa larinya sekencang itu mbak.

      Delete
  2. pingin ngerasain jadi jokinya, pingin tau gregetnya hehe

    berarti kalo ke sumbar harus nyempetin ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, lebih baik jangan mas karena ini untuk orang yang terlatih. kalo orang awam takut salah-salah hahahaa

      Kalo ke Sumbar harus saksikan langsung atraksi khas Minangkabau yaitu Pacu Jawi dan Pacu Itik. Yuk ke Sumbar

      Delete