Friday, June 21, 2019

Kota Tua Padang Harta Karun Pariwisata Masa Depan?

Kota Tua Padang

Belakangan geliat pariwisata di Kota Padang semakin menjadi-jadi. Buah hasilnya dapat dilihat di kawasan Pantai Padang, Gunuang Padang, dan perlahan menuju Pantai Aie Manih. Ini merupakan objek wisata unggulan yang masuk ke dalam Kawasan Wisata Terpadu (KWT) Gunuang Padang. Namun, ada satu tempat yang tertinggal yaitu Kota TuaPadang atau Padang Lama.

Kota Tua Padang merupakan jejak peradaban yang dibangun dari keberagaman budaya dan historis yang saling terpaut menjadi kesatuan dalam satu kawasan di Kota Padang. Ruang lingkupnya mulai Kawasan Batang Arau, Kawasan Kelenteng, Jalan Niaga, Kawasan Pasa Gadang, Jalan Geraja, Kawasan Gantiang, Jalan Sudirman dan Kawasan Teluk Bayur.

Kota Tua Padang
Suasana Kawasan Pasar Gadang yang pernah menjadi pasar lokal pertama di Kota Padang
Secara historis, Padang memiliki titik di mana kotanya lahir dan berkembang. Mulai dari wilayah rantau yang penuh dengan rawa dan rimba. Berkembang, ketika pedagang Belanda, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) tiba pada abad ke-17. Kemudian menjadi kota metropolitan terpenting di pulau Sumatra pada abad ke-18 (Amran, 1986). Sampai abad ke- 20 Padang tidak saja menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, juga menjadi puat pemerintahan Belanda untuk Sumatra bagian Barat (Sofwan, dkk: 1987).

Hampir tiap kota di Indonesia memiliki kawasan kota tua, termasuk Kota Padang. Pengembangan pariwisata berbasis kota tua sedang booming di berbagai daerah. Ditambah, pemerintah pusat telah memutuskan pariwisata menjadi leading sektor pendapatan negara dan hal ini ikut menular ke daerah. 

Kota Tua Padang
Salah satu sudut bangunan kolonial yang masih terjaga di Kawasan Kota Tua Padang

Sayangnya, wajah Kota Tua Padang belum sepenuhnya dipercantik. Padahal, Kota Padang pun telah bergabung ke dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia. Upaya perlindungan telah dilakukan dengan dikeluarkan SK Walikota Nomor 03 Tahun 1998 terhadap 74 bangunan cagar budaya di Kota Padang. Dalam RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030 sudah tercantum sebagai daerah cagar budaya yang berfungsi untuk pariwisata.

Waktu berkata lain, pasca gempa 30 September 2009 banyak banguan tua dan cagar budaya yang rusak dan hancur hingga kembali direkonstruksi/direnovasi menjadi bangunan baru. Ditambah masalah kepemilikan bangunan dan sarana pra sarana pendukung lainnya menjadi penghambat. Sejak tahun 1998 sudah 5 kali pergantian kepala daerah, masih ada kendala dan belum terealisasi hingga saat ini upaya dalam merevitalisasi kota tua.

Terlepas dari itu semua, Kota tua Padang memiliki perjalanan panjang yang telah mengantarkan Padang menjadi kota yang besar dan berpengaruh pada zamannya.  Jejaknya masih terlihat hingga saat ini,  baik secara bendawi (tangible) maupun non bendawi (intangible). Kota Tua Padang dalam perkembangannya telah didedikasikan menjadi destinasi wisata. Ini seolah menjadi harta karun yang potensinya belum sepenuhnya digali.

Penulis mengkelompokan enam magnet utama aktivitas kepariwisataan di Kota Tua Padang. Pertama, wisata sejarah. Kota tua dapat menjadi media belajar sejarah yang disajikan secara live sebagai bukti kejayaan Kota Padang di masa lalu dan telah menyelami empat zaman (kerajaan, kolonial Hindia Belanda, kependudukan Jepang dan era Kemerdekaan). Bentuknya berupa warisan cagar budaya seperti bangunan perkantoran, benteng, stasiun kereta api, dan lainnya.

Kota Tua Padang
Kawasan Jalan Kelenteng dikenal sebagai Chinse Town Padang
Kedua, wisata budaya. Kota Tua Padang memiliki akulturasi budaya dan pembauran etnik yang menjadi sajian atraksi menarik untuk dikunjungi. Setidaknya ada etnis India, Tiongkok, Nias, Melayu, Jawa, dan Minangkabau yang mendiami kawasan Kota Tua Padang saat ini.

Ada atraksi Barongsai, Kesenian Gambang, Pawai Sipasan, Perayaan Cap Go Meh hingga tradisi Sembhyang Tinggi dari masyarakat keturunan Tiongkok sekitaran Kelenteng. Lain halnya masyarakat keturunan India di kawasan Pasar Batipuh tiap tahunnya menggelar tradisi Serak Gula. Ada juga Tari Balanse Madam yang diwarisi dari masyarakat Nias yang bermukim di Seberang Palinggam hingga permainan anak nagari yang melegenda di tepian Sungai Batang Arau yaitu Selaju Sampan Dayung Palinggam. Belakangan Kota Tua Padang menjadi tempat Festival Siti Nurbaya dan Padang Indian Ocean Musik Festival (PIOM Fest).

Ketiga, wisata religi. Kota Tua Padang merupakan kawasan multietnik dengan berbagai macam potret tempat ibadah sehingga melahirkan keberagaman yang hidup berdampingan sejak abad ke-18. Ada Masjid Raya Gantiang (1775), Kelenteng See Hin Kiong (1841), Masjid Muhammadan (1843), Gereja Biaro St. Leo (1903), Gereja GPIB (1930), dan Gereja Katolik (1933). Semuanya ini merupakan bangunan cagar budaya yang memiliki peran penting dan sejarah keagaaman di zamannya.

Keempat, wisata olahraga. Berkeliling Kota Tua Padang dapat menemukan berbagai hal yang menarik, terkadang bisa bernostagia menembus suasana zaman tempo dulu. Mulai dengan jalan kaki mengitari kawasan bangunan tua, jogging ke jalan lintas Nipah-Aie Manih, hiking ke Gunuang Padang, bersepedah ke Bukit Gado-Gado hingga mendayung sampan di sungai Batang Arau. Cukup menyenangkan berwisata sembari membakar kalori.

Kota Tua Padang
Suasana tepian Batang Arau yang telah direvitalisasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2018
Kelima, wisata digital. Perkembangan media sosial saat ini memunculkan genre baru pariwisata bernama destinasi digital. Kota Tua Padang sangat berpotensi dengan genre tersebut, sebagai tempat yang instagenik. Terdapat sejumlah bangunan tua yang unik memiliki arsitektur bergaya Eropa, Tiongkok dan vernacular nusantara seperti Geo Wehry & Co, Padangsche Spaarbank dan lainnya.

Kota Tua Padang yang berbalut nuansa klasik dapat menjadi lokasi hunting foto. Menangkap sudut-sudut eksotisme kota tempo dulu. Biasanya dengan gaya ala urbex, potrait, streetvintage hingga jadi latar untuk foto prawedding.

Terakhir Keenam, wisata kuliner. Kota Tua Padang memiliki sejumlah titik ini pusat kuliner yang melegenda dan wajib untuk dicicipi sebagai wisata gastronomi. Ada Es Durian Ganti Nan Lamo (1960) di Pulau Karam dan Kopi Nan Yo (1932) di Jalan Niaga. Di Jembatan Siti Nurbaya terdapat jajanan jagung bakar dan pisang keju. Dekat pelabuhan Muaro ada menu seafood, kerupuk kuah dan langkitang. Kemudian sekitar jalan Kelenteng ada minum Kopmil (2002) hingga beragam bangunan kolonial yang beralih fungsi menjadi cafe, resto dan coffee shop.

Kesemua magnet kepariwisataan di Kota Tua Padang ini sudah memenuhi unsur daya tarik wisata Kota Tua Padang yaitu ada sesuatu yang dapat dilihat (something to see), sesuatu yang dapat dilakukan (something to do) dan sesuatu yang dapat dibeli (something to buy). Begitu juga komponen 3A (Atrkasi, Aksesibilitas, dan Amenitas) dalam pengembangan pariwisata.

Lagi-lagi komitmen dalam penataan dan revitalisasi menjadi nadi dalam membangun kawasan kota tua sebagai daya tarik objek wisata yang bernilai tinggi. Dengan segala potensi yang ada, lantas akan dibiarkan begitu saja Kota Tua Padang?

Tulisan ini dipublikasikan pada Harian Singgalang, Minggu 16 Juni 2019. Penulis merupakan Blogger, Penggiat Pariwisata dan Founder Padang Heritage yang berdomisili di Kota Padang.
———————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

30 comments:

  1. Bang, Pantai Padang itu yang dekatan dengan patung burung merpati atau apa itu ya? Yang ada landmark tulisan besar "Padang"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semuanya masih kawasan Pantai Padang hehe jadi deket deket. Gampangnya gto, meski nama pantainya beda hehehe

      Delete
    2. Oke bang, rencananya bulan-bulan depan mau nulis waktu main ke Sumatera :-)

      Delete
    3. Mantap ditunggu deh tulisannya

      Delete
  2. Wisata kota tua itu abadi, bakalan selalu dikunjungi, taun2 ini wisata di ketinggian, warna-warni kayaknya lagi hits, tp kayaknya gak bakalan lama lah hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. I betul karena kota tua itu destinasi edukasi yg gk lekang zaman. Tapi kalo destinasi yang muncul dan hits karena socmed biasanya bertahan sebentar. Kecuali ada keberlanjutan utk pengembangannya.

      Delete
  3. Kota tua padang ini cakep,, tinggal diolah lebih serius... go go go ubay sebagai duta kota tua padang :D

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha abg ini masa duta kota tua Padang hehee

      Ia bg cantik bila dikelola dgn baik

      Delete
  4. dan itu Mesjidnya mulai dari tahun 1700-an itu tua banget, sebagai cagar budaya sekaligus wisata religi, status kota tua patut disandang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia memang karena sudah lebih dari 3 abad dan Padang termasuk kota kolonial tertua juga di Indonesia

      Delete
  5. mas fotonya kurang byk. pengen liat haha itu foto 1 bagusssss bgt,,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe bisa dilihat di postingan sebelumnya nanti saya buatkan blacklink ttg kota tua padang

      Delete
  6. aku penasaran banget pengen ke Padang...semoga someday aku bisa ke Padang yaaa makan sepiring nasi padang di Padang 😎

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia semoga dapat terwujud bisa makan nasi padang di Padanng mbak

      Delete
  7. Yap! Kota tua memang aset yg bagusss banget!
    Harus dijaga dan dilestarikan yak
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya banyak yang kurang peduli sehingga kurang mendapat perhatian. Itu yang bikin sedihnya

      Delete
  8. Yang pas foto di malam hari itu cantik banget, ya. Perlu ditangani dengan lebih cermat nih biar bisa menghidupkan kembali suasana klasik kota tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali perihal kota tua perlu ada penanganan khusus dan komitmen pemangku kepentiangannya

      Delete
  9. sepintas aku menemukan banyak bangunan gaya eklitisisme
    kayakya booming ekonomi di padang pas tahuna 1920an juga terjadi ya meski gaya bangunan di era sebelumnya juga dominan

    ah aku makin pengen ke sana

    ReplyDelete
    Replies
    1. gaya bangunannya cukup kompleks dan beragam ni. Wjib uda main ke padang

      Delete
  10. Kan bikin pengen ke Padang setelah baca artikel ini. Foto pas malam hari bikin berdecak kagum loh

    ReplyDelete
  11. wah semoga berbagai potensi Kota Tua Padang lebih diperhatikan ya...dibenahi biar bisa lebih menarik..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia kota tua padang ini mempunyai nilai historis tersendiri bagi kota padang karena asal muasal berkembangnya kota di kawasan ini

      Delete
  12. Aku lagi nabung buat bisa sampai ke Padang. Sepertinya lokasi ini juga akan masuk dalam list tempat kunjungan selanjutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul uni jika ke kota padang wajib juga main ke kawasan kota tua padang.

      Delete
  13. Kota Tua Padang ini sungguh memukau.
    Aku hampir lupa mengenai musibah yang meluluh lantakkan kota ini.

    Semoga banyak bangunan cagar budaya yang segera di renovasi.
    Agar sejarah tidak hilang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harapan saya juga begitu banyak potensi dari keberadaan kota tua padang ini setidaknya satu per satu bangunannya dapat dipercantik agar tidak terliihat seram hehhee

      Delete
  14. Aku paling suka sama wisata yang berbau kota tua gitu. Soalnya berasa banget klasiknya. Sayang euy di kotaku nggak banyak bangunan peninggalan belanda yang bisa dijadikan wisata kota tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. IA sama uni aku jgua suka spot bersejarah. Menarik dan mengesankan. Mungkin bila tidak ada ada jejak peninggalan lainnya uni

      Delete