Apenberg atau Bukit Monyet yang menghadap langsung ke Kota Tua Padang itu menyajikan panorama cityscape yang memikat. kesohornya sudah sejak zaman kolonial. Dalam catatan lama orang Belanda, Apenberg ini masuk salah satu tujuan destinasi wisata bila para bangsawan dan pedagang asing itu datang ke West Sumatra Weskust's.
Ditarik lagi ke zaman sekarang, Apenherg ini merupakan kawasan Bukit Gado-Gado, di sana masuk juga Objek Wisata Gunuang Padang. Namun, ada satu tempat asik yang bisa ditelusuri untuk bernostagia menerawang suasana Padang tempo dulu. Ialah Janjang 500.
Janjang ini berada di Jalan Kampung Batu Kelurahan Batang Arau dan Keluarahan Bukit Gado-Gado, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatra Barat. Akses yang paling mudah dari kota lewat Kampung Batu ini dekat dengan pusat kota.
Tidak ada papan informasi soal keberadaan Janjang 500 ini. Dulu pernah terpasang spantuk di pintu jalan masuknya tapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Bagi masyarakat sekitar keberadaan Janjang 500 ini sebagai jalan utama untuk menuju dan keluar dari hunian mereka masing-masing. Memang nama janjang 500 ini tidak begitu familiar seperti Janjang Koto Gadang, Janjang Seribu atau Janjang Sejuta. Namun, sebagian masyarakat yang hobi tracking dan jogging pasti mengenal tempat ini.
Sesuai namanya, janjang dalam bahasa Minangkabau ini memiliki makna tangga. Untuk angkanya diperkirakan berasal dari jumlah anak tangganya yang mencapai 500. Anak tangganya dimulai dari pemukiman hingga masuk ke dalam ladang masyarakat di atas bukit.
Tinggal Berdampingan dengan Kuburan
Langkah pertama langsung menanjak, namanya juga mendaki perbukitan. Rumah penduduk cukup rapat di sisi kiri dan kanannya. Akses jalannya sebagian sudah ada yang dibeton mulus sebagian lagi sisa-sisa zaman dulu dengan lebarnya tidak lebih dari 1 m.
Sesekali akan berjumpa dengan masyarakat yang hendak naik atau turun. Dengan napas yang cukup sesak sambil tersenyum dan menyapa masyarakat yang dijumpai. Bagi yang jarang olahraga akan terasa berat haha
Masyarakat di sini mah sudah terbiasa dan menjadi makanan sehari-hari harus melewati rute seperti ini. Bahkan tinggal di lereng bukit ini tidak ada pilihan juga. Jadi membangun rumah harus menyesuaikan dengan kontur tanahnya.
Menariknya, sebagaian masyarakat yang di tinggal di lereng bukit ini membangun rumah berdampingan dengan kuburan, ada juga menyatu pondasinya dengan kuburan.
Bukit ini juga ada yang beri nama Bukit Sentiong. Saya pun tidak tahu pasti asal muasalnya tumbuhnya pemukiman di lereng bukit ini. Pastinya semenjak dipindahkannya makam etnis Tionghoa ini dari Bukit Gado Gado ke pemakaman khusus di Bungus Teluk Kabung.
Kabar ceritanya sejak tahun 2000-an. Ada rencana pembangunan hotel mewah di bukit bekas pemakaman ini. Namun, rencana tersebut gagal dan terkubur bersama kisahnya. Padahal makam yang ada di bukit ini sudah berusia ratusan tahun.
Menerawang Padang Tempo Dulu dari Janjang 500.
Satu per satu anak tangga ini dilewati. Sesekali saya melihat pemandangan kota meski jaraknya belum tinggi cukup memukan juga.
Padang, kota yang menyimpan banyak kisah dan tempat-tempat menarik yang asik untuk ditelusuri. Kawasan Apenberg menjadi saksi sejarah perkembangan Kota Padang dari masa ke masa. Mulai dari segi kebencanaan, pertempuran heroik, penjarahan bajak laut hingga beragam rupa perubahan wajah Kota Tua Padang.
Dari titik view tertentu di Janjang 500 ini dapat melihat secara puas sisi Kota Tua Padang yang dihiasi oleh bangunan tua, Gunuang Padang hingga lautan yang membentang luas. Berburu momen matahari terbenam dari Janjang 500 ini bisa jadi pilihan juga. Epic banget kayaknya.
Ada beberapa foto jadul yang melukiskan landskap Kota Tua Padang dan berterbaran di dunia maya. Foto tersebut bersumber dari koleksi situs arsip Belanda. Sedangkan untuk lokasi foto tersebut sudah terjawab ketika Komunitas Padang Heritage mengungguah postingan di akun Instagram-nya (@padangheritage).
Landskap Kota Tua Padang sekitar 1900-1940 (sumber: Tropem Museum) |
kolase perbandingan foto jadul KILTV landskap Kota Tua Padang dengan kondisi terkini |
Saya pun mencoba mengabadikan gambar dengan membandingkannya menggunakan foto jadul tersebut. Hasilnya tidak jauh beda meski posisi persi pengambilan gambarnya tidak sama.
Di titik Janjang 500 ini bisa membandingkannya. Namanya juga mencoba menerawang. Bisa jadi jalur dari Janjang 500 ini menjadi lokasi spot fotogenik oleh fotografer Pemerintah Kolonial Hindia Belanda untuk menangkap landskap Kota Padang dari ketinggian.
Batang Arau, Treasure of Padang.
Tempo dulunya, Kawasan Batang Arau merupakan pusat perniagaan di pesisir pantai barat Sumatra. Terdapat Loji, gedung perkantoran, bank, pasar, hingga pelabuhan Muaro.
Landskap Kota Tua Padang secara kasat mata tidak ada perubahan. Silih bergantinya waktu, Batang Arau yang dulunya sebagai pelabuhan dan pusut perdagangan menjadi tempat bersejarah di Kota Padang. Tempat ini menjadi destinasi wisata favorit yang banyak dikunjungi wisatawan di Kota Padang setelah Pantai Padang.
Kawasan ini perlahan dan pasti terus dipercantik seperti hadirnya pedestrian di sepanjang tepian Batang Arau baik di jalan Batang Arau atau jalan lingkar Nipah - Pantai Air Manih via Gunuang Padang.
Hadanya Janjang 500 ini juga melengkapi keunikan Batang Arau yang masuk didalamnya Kota Tua Padang, Gunuang Padang plus Bukit Gado-Gado yang terintergrasi dalam Kawasan Wisata Terpadu Gunuang Padang. Itulah Batang Arau, Treasure of Padang.
Tidak salah jika Janjang 500 Batang Arau ini menjadi aset yang berharga di Kota Padang.
———————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.
jadi pengen explore Padang, semoga pandemi cepat berakhir ya :')
ReplyDeleteOh, wouuw .. jumlah anak tangganya mencapai 500!.
ReplyDeleteIni bakalan mgos2an kalau langsungan naik kesana tanpa jeda sebentaran 😁.
Tapi pemandangannya dari puncak memang keren ...
Udah kayak mbah Mijan ya suka menerawang wkwkwkw
ReplyDeleteMakin bagus aja ya kawasan kota tua dari kejauhan dan ketinggian kayak gini
Aku pun membayangkan naik turun tangganya. Duh, bisa copot dengkul rasanya wkwk. Anyway, tempatnya terlihat asri. Jd pingin maen ke Sana..
ReplyDeletewhoaaa aku berasa dibawa nostalgia ke kota padang tua beberapa tahun lampau....tapi waktu itu aku kayak sekejap aja cuma 3 harian di padang dan mayoritas kulalui di koto bukittinggi saja...sebenernya pengen eksplore lebih malah pengen lamaan dia area lembah harau segala huhu
ReplyDeleteapa daya harus kambek ke jakarta egein hehe
yang ini amoun dijey ibdah nian pemandangannya 😄
Dari dulu pengen banget menjelajahi tempat ini buat sekedar foto2. Dari jaman kuliah di padang sampai udah lulus belum pernah kesampaian.. huhu
ReplyDeleteJadi kangen Kota Padang. Penasaran jg Bukittinggi dan daerah lainnya. Ga cukup seminggu kayaknya kalau ke sana...
ReplyDeleteMengetahui jumlah anak tanggnya 500, ada yg seribu, ada yang sjuta, aku dah ngos ngosan sendiri.
ReplyDeleteBaca postingan mas bayu sudah serasa ikutan naik bukit juga hehe. Pas seperti pepatah kalau mau view indah harus berusaha keras dulu.
ReplyDeleteHarus siapkan fisik ya kl mau ke Janjang 500 ini.. Btw kok aku penasaran view Padang malam hari dari Janjang 500 ya. Wkwkwk
ReplyDeleteSaya paling seneng jalan2 ke tempat wisata dimana kita bisa melihat ke bawah view kota. Dengan pemandangan rumah-rumah penduduk beserta kali atau sungai di kiri kanannnya. Menarik juga nih artikel kak Bayu.
ReplyDeleteAduh kpn yaa bisa main² ke Minang.. Gak cuma kulinernya yg menarik, wisatanya jg macem² ya ternyata. Seru juga wisata ke tempat bersejarah ky ginj ��
ReplyDeleteSpeechless gak bisa bilang apa2 lagi membaca artikel Uda Ubay ini... pada artikel lalu Bukit Nobita, sekarang Janjang 500, ada Bukit Gado-gado, Bukit Sentiong, dan lain-lain. Janjang 500 ini menarik, ketika kita menaiki gak merasa sepi ya karena kanan dan kirinya pemukiman penduduk, sekalian melihat-lihat rumah penduduk dan keunikan kehidupan mereka sehari2 yg tinggal di lereng bukit. Keren!
ReplyDeleteSenangnya bisa mampir ke tulisan yang sungguh serasa ngajakin jalan jalan begini. Perbandingan foto jadul yang ditampilkan jadi klimaks dari perjalanan sepanjang membaca. Suka sekali.
ReplyDeleteNgeliat Poto janjang 500 versi lama nya dengan yang sekarang tidak banyak berubah ya kak. Hanya bangunan saja yang terlihat berbeda. Tapi landcape dan pemandangannya tetep bagus..
ReplyDeleteKalo ditata dan dipermak sedemikian rupa bisa jadi solusi wisata kota nih ..
Padang memang ngga bosen2 yaa kasih kejutan alam kayam gini. Contohnya Janjang ini. MasyaAllah deh takjub lewat fotoo. Mudah-mudahan suatu saat bisa berkunjung kesana
ReplyDeleteDuh indah sekali ya. Aku belum pernah nih menginjakkan kaki di tanah padang ini. Semoga ada kesempatan.
ReplyDeletebelum pernah ke padang, semoga nanti ada waktu kesempatan main ke padang :) indah yaaa suasananya :)
ReplyDeleteTiap baca ulasan kidalnarsis.com selalu mengoyak jiwa dolan saya utk bisa dolan kesana. ahahha... Harapan tinggal harapan Krn disini sibuknya minta ampun. Hahah thank ulasan cantiknya kak
ReplyDeleteIni kayaknya nggak bisa dilewati motor ya? Bikin sehat nih pastinya kalau ke mana-mana jalan kaki. Kalau kita kan terkadang kalau mau ke tempat tetangga aja pakai motor.
ReplyDeleteGreat post, much appreciate the time you took to write this
ReplyDelete