Monday, January 17, 2022

Rumah PDRI Bukittinggi Dengan Sekelumit Kisahnya


Bukan Bukittinggi jikalau tidak menyimpan segudang kisah lampau. Kota bersejarah di Indonesia ini menyisakan jejak kolonial hingga pergolakan pasca kemerdekaan. Sejuknya Bukittinggi menambah segar suasana pagi ini. Jalan kota masih cukup lengang tidak sepadat siang.

Tidak jauh dari Jam Gadang terdapat satu bangunan yang memiliki nilai historis yang tinggi, tidak hanya bagi Kota Bukittinggi tapi bagi bangsa Indonesia. Sepanjang perjalanan waktu, bangunan ini pun luput dari perhatian jikalau tidak ada yang mencoba menggelitiknya.

Tempo itu, saya terniat bila ke Bukittinggi untuk singgah ke Rumah PDRI. Temptnya agak tersuruk sedikit, bukan di jalur utama. Untungnya mudah ditemukan. Dalam hati saya sempat berucap, oh ini loh rumahnya yang saya cari itu.

Duh segikit memilukan yah. Itulah kesan pertama ketika saya bertandang ke Rumah PDRI ini. Nyantanya kondisinya seperti itu, banguannya tidak ada yang mengurus, ada beberapa bagian bangunan yang rusak sehingga menimbulkan kesan yang menyeramkan.

Menjemput Cerita Lampau PDRI

Suasana Rumah PDRI Bukittinggi, Juli 2021

Banyak yang tidak tahu jika rumah yang saya cari ini, dulunya pernah jadi kediaman rumah dinas Gubenur Sumatera Tangah, Tengku Moh. Hasan. Tak kalah pentingnya rumah ini memiliki peranan penting bagi kedudukan geopolitik di Indonesia. Sebut saja Rumah PDRI Bukittinggi.

Rumah ini menjadi saksi sejarah tonggak mula dimulainya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berkedudukan di Sumatera Barat pada 19 Desember 1948. Daerah yang ditunjuk sebagai ibu kota negaranya yakni Bukittinggi itu sendiri. Di rumah ini menjadi saksi ditinjuknya Syafruddin Prawiranegara sebagai Ketua Tim PDRI, sekaligus menjadi tempat penyiaran informasi keadaan dan kondisi Indonesia tempo itu.

Suasana Rumah PDRI Bukittinggi, Juli 2021

Kabarnya rumah ini pernah menjadi rumah tinggal Direktur Rumah Sakit Ahmad Mukhtar dan hingga kosong tak dihuni sejak 2007. Terlebih pasca gempa tahun itu.  Sayangnya belum masuk cagar budaya dan butuh perhatian serius.

Petama kali bertandang agak sedih melihat kondisinya. Bagaimanapun ada sejarah hebat yang tidak banyak orang tahu di atas rumah ini. Dari halaman rumah ini terlihat jelas objek wisata Panorama dan Lubang Jepang. Jika diperhatikan sekelingnya terdapat rumah yang memiliki bentuk khas hunian zaman kolonial. Jika sedang cerah gunung Marapi tampak indah dari kejauhan.

Panorama gunung Marapi dari halaman Rumah PDRI Bukittinggi, Juli 2021

Rumah PDRI Bukittinggi ini posisinya terbilang startegis tidak jauh dari eks Bioskop Solvia dan Jam Gadang. Tepatnya berada di Jalan Setia Budi No 202, Kawasan Parak Kopi, Kota Bukittinggi.

Sayangnya, rumah ini tidak begitu mendapat perhatian lantaran tidak banyak juga yang mengetahuinya. Kondisi rumahnya masih kokoh tapi tidak terawat. Beberapa bagian atapnya sudah rusak, dinding bangunannya ada yang retak. Seperti dokumentasi yang telah diambil Februari 2021 ini.

Rumah PDRI Bukittinggi, Titik Mula PDRI

Suasana Rumah PDRI Bukittinggi, Juli 2021

Pasca meletusnya Agresi Militer Belanda ke II, situasi kedaulatan Indonesia masih terus digoyangkan, kota-kota penting di Indoensia terus diserang oleh Belanda, Untuk tetap menjaganya, Soekarno mengeluarkan mandat agar Syafrudin Prawiranegara membentuk Pemerintahan Darurat Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat dengan Bukittinggi sebagai Ibu Kota.

Menindaklanjuti mandat ini, Syafrudin Prawiranegara, pukul 09.00 pagi tanggal 19 Desember 1948 bersama Tengku Mohammad Hasan melakukan perundingan bertempat di Istana Bung Hatta. Perundingan dilanjutkan sore hari pukul 18.00 sore di Sebuah rumah di Parak Kopi karna lokasi perundingan sebelumnya telah diintai pihak Belanda.

Hasil Perundingan ini, terbentuknya PDRI dengan ketua Syafruddin Prawiranegara, dan wakil ketua Tengku Moh. Hasan. Tanggal 22 Desember 1948 jam 4.30 di Halaban Payakumbuh diumumkan terbentuknya PDRI lengkap dengan susunan kabinetnya. Dengan demikian roda pemerintahan tetap berjalan, Indonesia tetap berdaulat.

Polemik Pengelolaan Rumah PDRI Bukittinggi

Salah satu sudut Rumah PDRI Bukittinggi sebelum diperbaiki sekitar Februari 2021

Secara kepemilikan rumah ini merupakan aset Provinsi Sumatera Barat. Kabarnya pemerintah provinsi dan kota Bukititinggi tengah berupaya untuk melakukan restorasi bangunan ini agar dapat dijadikan museum sehingga menambah kesemarakan Bukittinggi sebagai kota perjuangan yang telah dikenal luas secara nasional.

Rumah PDRI Bukittinggi memiliki bentuk bangunan khas Belanda. Bangunannya memang seperti rumah pejabat yang dibangun semasa kolonial awal abad ke-20. Secara kasat mata, Rumah PDRI Bukittinggi memiliki arsitektur bergaya Art Deco yang digabungkan dengan gaya tropika. Bangunan hunian khas yang banyak dibuat oleh bangsa Belanda ketika di Indonesia.

Rumah PDRI Bukittinggi mempunyai luas area sekitar 1.432 meter. Dominasi menggunakan batu bata diplesteran semen dan dicat dengan warna putih. Tampilan fasad utama banguna dengan dinding yang menggunkan bebatuan kecil dengan cat warna hitam. Kemudian Rumah PDRI Bukittinggi ini dengan atap menggunakan genting.


Jendela yang banyak dengan material kayu dengan perpaduan kayu dan kaca. Ventilasi pada Rumah PDRI Bukittinggi ini merupakan ventilasi dengan bentuk geometris sederhana antara lain persegi dan persegi panjang. Sedangkan untuk pintunya menggunakan material kayu dan kaca dengan dua bukaan daun pintu. Untuk lantai menggunakan ubin bahan tegel polos dan bermotif.

Alhmdulillah, ternyata Rumah PDRI Bukittinggi telah direstorasi sejak Mei 2021. Hasilnya dapat terlihat ketika saya kembali datang ke rumah ini pada Juni 2021. Tampak bagian yang rusak sudah diperbaiki seperti dinding, atap, jendela, pintu dan beberapa bagian penting bangunan lainnya.


Rumah ini pun terlihat lebih segar dengan perpaduan cat yang didominasi warna putih dan hitam. Halaman sekitar rumah pun sudah dirapihkan dari rumput liar. Kabarnya juga sudah ada yang tinggal di dalam rumah ini. Untuk kondisi terbaru dari rumah ini sudah ada yang mendiaminya. Secara tidak langsung sudah ada yang menjaga dan merawatnya.

Terkait dengan status bangunan ini masih milik provinsi. Setidaknya jejak peninggalan bersejarah di Ranah Minang masih bisa diselamatkan dan diangkat kembali ceritanya untuk generasi berikutnya.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

14 comments:

  1. Setelah dirawat rumahnya keliatan keren banget ya. Naksir banget sama bentuk eksteriornya. Kayaknya nyaman untuk ditinggali sih menurutku. Atap rumahnya unik ya, tapi musim hujan gini agak was-was, suka bocor pas di talang. Hihi

    ReplyDelete
  2. Lumayan restorasinya ya dari sebelum (2018) dan sesudah (2021). Kalau cagar budaya apa ada plang info yang menyebutkan bahwa rumah ini adalah Rumah PDRI Bukittinggi, Bang? Terus waktu ke situ, apa kosong, terkunci begitu? Penghuninya sedang tidak di tempat?
    Maaf sepertinya belum diceritakan di artikel:)
    Semoga akan ada yang jaga terus di dalamnya dilengkapi koleksi museum misalnya, jadi bisa jadi objek wisata.

    ReplyDelete
  3. Lihat foto2 rumahnya sepertinya hawanya sejuk dan adem ya kak..jadi pengen ke sana deh..unik bentuk bangunan rumahnya pasti keren buat spot foto hehehe

    ReplyDelete
  4. saya belum pernah kunjungin tempat ini padahal udah beberapa kali berkunjung ke tanah minang, wajib cobain ke sini kalau berkunjung lagi ke sana

    ReplyDelete
  5. Setelah belajar sejarah cukup lama, mulai dari SD sampai SMA, aku hampir aja lupa sama sejarah yang satu ini. Soalnya kan kita selalu belajar tentang Republik Indonesia. Jadi lupa bahwa Indonesia pernah ada pemerintahan darurat, pemerintahan serikat, dan bentuk pemerintahan lainnya.

    Susah memang perjuangan pendiri bangsa kita zaman dahulu. Malu rasanya jika kita dengan fasilitas yang serba ada sekarang, malah bersantai-santai sambil berkata: "Aku bingung mau melakukan apa lagi." Padahal kan, banyak fasilitas yang bisa kita manfaatkan untuk melanjutkan estafet perjuangan yang telah dicapai bangsa ini.

    ReplyDelete
  6. Sedih juga liat kondisi cagar budaya yang tidak terawat. Alhamdulillah sekarang cagar budaya gedung PDRI Bukit tinggi sudah sangat baik dan tertata rapi. Semoga semakin baik ke depannya.

    ReplyDelete
  7. Wah, wisata sejarah selalu menarik untuk dituliskan, meski menggali sejarahnya sendiri butuh usaha. Saya tahu sekilas tentang PDRI ini. Bagaimana pun Bukit Tinggi zaman dahulu pernah menjadi ibu kota Indonesia meski hanya sekejap. Rumah PDRI ini jadi saksi sejarah itu ya. Kebayang kalo benar Bukit Tinggi jadi ibu kota RI, mungkin istilah yg muncul akan menjadi Anak Gaul Bukit Tinggi, bukan Anak Gaul Jakarta. Hehehe.

    ReplyDelete
  8. Ketika melihat foto di awal, saya udah dejavu aja.
    Kok familiar ya saat rumah ini. Ternyata rumah yang ndak jauh dari jam gadang itu.
    Sering saya lewati bersama teman-teman kalo janjalan sepulang sekolah.
    Setelah main dulu sebentar ke pasa ateh, kemudian kami pun berkeliling dari pasa ateh, ke benteng, dan seputaran jam gadang, kadang turun ke ngarai...
    ah kenangan...

    ReplyDelete
  9. cakep ya rumahnya, terasa banget hangat dan kekeluargaan gitu kalau rumah model begitu tuh hehe..

    ReplyDelete
  10. Ubay, apa kabar? hahaha lama tak jumpa,, kirain siapa rupanya anak berbagi nasi padang,, kapan2 boleh diskusi soal blog boleh ya,, nanti awak WA

    ReplyDelete
  11. Mungkin ide memindahkan ibukota ke luar Jawa terinspirasi juga dari PDRI di Bukittinggi ini juga ya,, semoga bisa jalan2 juga suatu hari nanti ke rumah PDRI Bukittinggi ini.

    ReplyDelete
  12. Syukur lah ya sekarang rumah bersejarah ini sudah direstorasi. Sayang banget kalau sampai didiamkan seperti awal cerita di tulisan ini

    ReplyDelete
  13. Syukurlah jadi lebih bagus setelah dipugar ya Bang

    ReplyDelete
  14. Tadinya bertanya-tanya PDRI itu apa. Ya Allah lulus sekolah langsung lupa pelajaran sejarah wkwk. Rumahnya bagus ya baik sebelum maupun sesudah direnovasi. Cuma kalo sebelum emang agak terlihat nggak rapi aja menurutku. Tapi wajar sih itu kan rumah kuno. Semoga bisa jalan-jalan ke sana deh ehehe

    ReplyDelete