Tuesday, January 26, 2016

Pariaman, Sang Kota Wisata Bahari

Pantai Gandoria yang menjadi primadona pariwisata Kota Pariaman.
Beragam cara yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengembangan potensi pariwisatanya. Kota Pariaman adalah salah satunya, yang getol-getolnya membenahi kawasan wilayah pesisirnya untuk dikembangkan menjadi tempat tujuan objek wisata bahari.

Keseriusannya terlihat ketika Pemerintah Kota Pariaman melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan dan mengoptimalkan potensi objek wisata yang umumnya di kawasan pesisir Kota Pariaman. Baik secara ekologis melalui kawasan konservasi, khasanah historis zaman penjajahan, nilai religius hingga beragamnya kehidupan sosial budaya masyarakatnya yang berdampingan dengan alam menjadi suatu paket objek wisata langkap. Paket pariwisata bahari ala Kota Pariaman.

Kota Pariaman merupakan salah satu daerah di Sumatra Barat yang serius dalam mengelola wilayah pesisirnya menjadi kawasan pariwisata bahari. Dengan potensi sumber daya pesisir dan laut yang dimilikinya cukup besar sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekaligus menjadi sektor strategis untuk pendapatan asli daerah.

Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai berada di Pantai Barat Pulau Sumatra dan persis berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Wilayah Kota Pariaman tidaklah begitu luas, sekitar 73,36 Km2 setara dengan 0,17 persen dari luas daratan wilayah Provinsi Sumatera Barat. Secara astronomis Kota Pariaman berada diposisi 00o 33 ̒ 00 ̒ ̒ – 00o 40‘ 43 ̒ ̒ LS dan 100o 04‘ 46 ̒ ̒– 100o 10‘ 55 ̒ ̒ BT.

Potensi Wisata Bahari

Kota yang dikenal dengan Sala Lauak-nya ini berada di wilayah dengan ekosistem perairan payau dan laut yang mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat beragam dan saling keterkaitan satu sama lainnya, sehingga memiliki potensi yang bebeda-beda, ada yang baik untuk pemanfaatan perikanan, ritual adat, lahan konservasi, rekreasi hingga olahraga air.

Dalam perjalanannya, Kota Pariaman ini dapat berevolusi sebagai kota tujuan wisata baik domestik maupun mancanegara yang harus dikelola dengan sebaik baiknya dengan menggunakan konsep ecotourism yang berbalut nilai-nilai budaya dan agama sejalan dengan penerapan Adat Basandi Syarak, syarat Basandi Kitabullah.

Beragam kegiatan pariwisata diselenggarakan demi memadatangkan banyak pengunjung yang menginjakan kakinya di kota sala laluak ini. Misalnya saja di Pantai Gandoria selain menjadi tempat rekreasi dan olahraga air juga dijadikan lokasi pesta budaya tahunan Tabuik yang prosesi acaranya diselenggarakan pada puncaknya 10 Muharram.

Pantai Gandoria ini menjadi objek wisata primadona yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Di Pulau Angso Duo yang memiliki panorama pantai dan bawah laut yang indah juga terdapat kuburan panjang yang menyimpai nilai historis dari tokoh penyebaraan syiar Islam di Minangkabau.

Ada juga acara Triathlon yang pesertanya dari mancanegara, Pertandingan Bola Voli Pantai tingkat nasional, iven besar Tour de Singkarak, Pariaman Offroad, Pariaman Extrime Trail dan lainnya. Bahkan akan dibangun wahana air di kawasan Talao Pauh, banana boot. 

Kota Pariaman telah menorehkan berbagai macam prestasi dengan dibeirkannya penghargaan regiona marketing award oleh DPR RI. Penghargaan ini diberikan sebagai upaya kepala daerah dalam memasrkan koanya secara terpadu dengan kebijakannya yang membuat taraf hidup masyarakat dan ekonominya meningkat (Posmetro Padang Rabu, 16 Desember 2015 hal 11) 

Selain itu juga Kota Pariaman memperoleh penghargaan dari Kementerian Kelauatan Dan Perikanan RI dalam pengelolaan kawasan konservasi periairan, pesisir dan pulau-pulau keciil kepada kepala daerahnya. Hal ini juga menunjukan kepedulian pemerintah kota dalam menjaga dan melestarikan kawasan pesisir yang dimlikinya serta dalam mewujukan Kota Pariaman sebagai kota wisata bahari yang sejalan dengan misi Presiden Jokowi mewujudkan potensi bahari sebagai poros maritim dunia

Kota Pariaman terdiri dari 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pariaman Utara dengan luas wilayah 23,35 Km2, Kecamatan Pariaman Tengah dengan luas wilayah 16,68 Km2, Kecamatan Pariaman Selatan dengan luas wilayah 16,82 Km2 dan Kecamatan Pariaman Timur dengan luas wilayah 17,51 Km2. Kota Pariaman memiliki 71 Kelurahan/Desa yang tergabung dalam 12 Kenagarian.

Objek wisata yang terdapat di Kota Pariaman berupa wisata pantai dan pulau (wisata bahari), wisata edukasi dan penelitian, wisata sosial budaya dan sejarah serta wisata kuliner yang tersebar di tiga kecamatan yang memiliki pesisir pantai kecuali Kecamatan Pariaman Timur dengan panjang garis pantai 12,73 Km dan memiliki luas perairan laut 282,69 km².

Untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata, para pelancong tidak perlu khawatir untuk mencari tempat penginapan sebab di Kota Pariaman memiliki 5 hotel (Hotel Nan Tongga, Hotel Tazkia, Hotel Safira, Hotel Romi dan Hotel Atami) dan 4 penginapan/wisma (Wisma Esra, Peninapan Cinduo Mato, Wisma Putra Bungsu dan Wisma Bundo Kanduang) yang berlokasi di Kecamatan Pariaman Tengah.

Kaya akan Keanekaragaman Hayati

Perjalanan menuju Pulau Angso Duo.
Kota Pariaman yang dikenal dengan Kota Tabuik ini dapat ditempuh dari Kota Padang sejauh 56 km atau dari Bandara Internasional Minangkabau berjarak 25 km. Bila melalui Kota Padang diperlukan lebih kurang 45 menit dengan mobil pribadi menuju ibukota Pariaman yang berjarak 50 km dari Kota Padang. Sedangkan bila dari Kabupaten Agam diperlukan lebih kurang 30 menit menuju ibukota Pariaman. Bisa juga menggunakan Kereta Api Sibinuang dari Padang ke Pariaman yang lebih ekonomis.

Batas wilayah Kota Pariaman dikelilingi oleh Kabupaten Padang Pariaman dan Samudra Hinda. Dimana di sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman, Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Sebelah Barat berbatas dengan Samudera Hindia dan Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman.

Karena berada di kawasan pesisir pantai, Kota Pariaman memiliki ekosistem mangrove dengan luas 18 Ha yang tersebar di kawasan Teluk seluas 1,0 Ha, kawasan Pauh 0,5 Ha, kawasan Ampalu 3,5 Ha, Apar 6 Ha, dan kawasan Manguang 7 Ha. Adapun jenis mangrove-nya antara lain api-api (Avicenna marina), bakau (Rhizophora spp) dan nyirih (Xylocarpus granatum). Vegetasi darat dan pantai yang terdapat di Kota Pariaman umumnya didominasi oleh Pohon Kelapa (Cocus nucifera), Rhizophora, semak, dan Pohon Waru Laut.

Kota Pariaman mempunyai dengan 6 pulau kecil yang berpotensi sebagai wisata pulau, diantaranya Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak terdapat 4 pulau kecil.

Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak yang berada di hadapan hamparan Samudera Hindia dengan perairan yang jernih dan disekelilingnya terdapat ekosistem terumbu karang tepian (fringing reefs) dengan kedalaman 0,5 s/d 5 m.

Hal ini juga yang menjadi daya tarik bagi penyelam dan pemburu fotografi underwater untuk dapat menikmati keindahan bawah laut Kota Pariaman atau bagi pelancong yang ini menikmati suasana pantai yang sepi serasa miliki pulau sendiri.

Siapa yang tidak kenal dengan Pulau Angso Duo dan Pulau Kasiak. Kedua pulau ini cukup terkenal bagi pelancong terutama di sosial media. Pulau Angoso Duo yang berada di dalam wilayah Kecamatan Pariaman Tengah. Berada paling dekat dengan Pantai Gandoria yang dapat dicapai dalam waktu 15 menit, dengan menggunakan perahu nelayan ataupun speedboat.

Pulau Angso Duo memiliki pantai dengan pasir putih yang indah, terdapat dermaga, 3 homestay dan pondok-pondok wisata. Bila beruntung dapat segerombolan lumba-lumba berenang di depan pulau ini. Tak hanya itu pengunjung juga dapat ber-selfie ria di depan sign yang tertuliskan Pulau Angso Duo ini. Uniknya di pulau ini terdapat Makam Katik Sangko kerabat Syeikh Burhanuddin ulama penyebar Islam di Minangkabau yang panjangnya 4,5 m dikenal dengan makam panjang.

Sedangkan pengunjung yang berwisata ke Pulau Kasiak umumnya mencari menara mercusuar untuk dapat berfoto narsis berlatarkan Samudra Hindia dan sebagian wilayah pulau dari puncaknya, meskipun saat ini sudah dilarang. Pulau Kasiak ini berada di Kelurahan Pulau Kasiak, Kecamatan Pariaman Utara yang menjadi lokasi bertelurnya penyu. Salah satunya, jenis Penyu Belimbing yang langka.

Potensi bahari lainnya dari sektor perikanan yang didominasi oleh ikan kerapu, ikan kuwe, ikan baronang dan ikan kakap. Sementara biota lain berjenis moluska yang bernilai komersil seperti tiram, simping, remis, dan kerang darah.

Menariknya, wilayah pesisir dan pulau Kota Pariaman sering ditemukan species endemik berupa penyu laut dan juga merupakan daerah peneluran penyu yang bertelur sepanjang tahun. Jenis penyu yang banyak ditemukan di kawasan ini adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys inmricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu Belimbing (Demochelys cariacea).

Tempat penyu bertelur sering ditemukan di pulau-pulau dan daratan Kota Pariaman dengan musim puncaknya sekitar bulan Desember-Mei. Sehingga tidak salah bila Kota Pariaman dijadikan kawasan konservasi penyu dan memiliki penangkaran penyu yang bisa dimanfaatkan menjadi objek wisata edukasi.

Kota Pelabuhan 

Kota Pariaman pernah menjadi kota pelabuha yang terkenal pada masa penjajahan Hindia Belanda.
Dari ceritanya, Kota Pariman memang berkembang dari wilayah pesisir pantainya sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-16 dan juga menjadi tempat penyebaran agama Islam pertama di Sumatera Barat. Syekh Burhanuddin menyebarkan agama Islam di Minangkabau pada abad ke-17.

Menurut laporan Tomé Pires, seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia, dalam Suma Oriental yang ditulis antara 1513 dan 1515, Kota Pariaman merupakan bagian dari kawasan rantau Minangkabau yang menjadi salah satu kota pelabuhan penting dan pusat pelabuhan di pantai barat Sumatra.

Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan Pariaman, Tiku dan Barus. Dua tiga kapal Gujarat mengunjungi Pariaman setiap tahunnya membawa kain untuk penduduk asli dibarter dengan emas, gaharu, kapur barus, lilin dan madu. Pires juga menyebutkan bahwa Pariaman telah mengadakan perdagangan kuda yang dibawa dari Batak ke Tanah Sunda.

Dulunya, Kota Pariaman sudah menjadi tujuan perdagangan dan rebutan bangsa asing yang melakukan pelayaran kapal laut. Banyak pedagang dari India dan Eropa datang. Mereka berdagang emas, lada dan berbagai hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya.

Sayangnya, pelabuhan Pariaman mulai kehilangan pamornya seiring dengan kedatangan kedatangan pedagang Hindia Belanda Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada 1663 yang mendirikan kantor dagang di Kota Padang. Saat itu, VOC yang kemudian digantikan oleh Pemerintah Hindia Belanda memusatkan aktivitasnya di Kota Padang, dan membangun jalur rel kereta api antara Kota Padang dengan Kota Pariaman pada tahun 1908.

Peranan pelabuhan Pariaman ini digantikan oleh Pelabuhan Muaro dan Pelabuhan Teluk Bayur yang terletak di Kota Padang. Sampai saat ini pelabuhan laut di kota ini masih belum berfungsi sebagai sarana angkutan penumpang dan barang, dan hanya digunakan untuk tempat berlabuh kapal-kapal nelayan setempat.

Budaya yang Unik

Kota Pariaman dikenal dengan budaya Tabuik yang cukup kesohor dan unik.
Dari sisi sosial budaya, masyarakat Kota Pariaman ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan etnis Minangkabau umumnya. Sebagai kawasan yang berada dalam struktur rantau, terdapat beberapa pengaruh terutama dari Aceh yang masih dapat ditelusuri sampai sekarang.

Diantaranya, penamaan atau panggilan untuk seseorang, misalnya ajo (lelaki dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) atau cik uniang (perempuan dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) sedangkan panggilan yang biasa digunakan di kawasan darek adalah uda (lelaki) dan uni (perempuan). Selain itu masih terdapat lagi beberapa panggilan yang hanya dikenal di kota ini seperti bagindo, sutan atau sidi (sebuah panggilan kehormatan buat orang tertentu).

Kemudian dalam tradisi perkawinan, masyarakat pada kota ini masih mengenal apa yang dinamakan ba japuik atau ba bali yaitu semacam tradisi dimana pihak mempelai wanita mesti menyediakan uang dengan jumlah tertentu yang digunakan untuk meminang mempelai prianya.

Mata pencaharian penduduk umumnya di bidang pertanian, perdagangan, perikanan dan jasa lainnya. Hampir semua penduduk di Kota Pariaman beragama Islam dan suku yang dominan tinggal di daerah ini adalah suku Minangkabau. Bahasa yang digunakan sehari-hari didominasi oleh bahasa Minangkabau.

Kota Pariaman memilik cerita tersendiri bagi para pelancong yang telah menjelajahi nagari ini. Tidak salah bila kota ini dijuluki Kota Wisata Bahari dengan segala macam potensi dan pesona yang dimilikinya. Tidak kalah dengan daerah yang berada di pesisir pantai Sumatra Barat lainnya. Ketika sektor pariwisata yang dikembangkan tentu

Pembenahan demi pembenahan seyogyanya terus dilakukan. Melengkapi sarana prasarana terutama peta dan petunjuk arah objek wisata. Hal ini tentunya, untuk terus memberikan pelayan yang terbaik bagi pengunjung, jika memang didaulat sebagai daerah tujuan wisata.

Bagi pencinta sosial media dan ingin lebih detai mengetahui Kota pariaman dapat berkunjung ke ayokepariaman.com dan cek di akun Instagram dengan mengunakan tagar resmi Kota Pariaman #ayokepariaman.

Berikut ini daftar objek wisata yang dapat dikunjungi bila ke Kota Pariaman:

Wisata Bahari
  1. Pantai Muaro Sanur. 
  2. Pantai Kata. 
  3. Pantai Cermin. 
  4. Pantai Gandoria. 
  5. Pantai Pauh. 
  6. Talao Pauh. 
  7. Pantai Muaro Manggung. 
  8. Talao Manggung. 
  9. Pantai Belibis atau Pantai Muaro Nareh.
  10. Pulau Angso Duo (baca tulisannya)
  11. Pulau Kasiak. 
  12. Pulau Bando. 
  13. Pulau Tangah. 
  14. Pulau Ujung. 
  15. Pulau Gosong.
  16. Konservasi Penyu (baca tulisannya)
  17. Konservasi Perairan Daerah Pulau Kasiak, Pulau Ujung, Pulau Tangah dan Pulau Angso. 
  18. Hutan Mangrove Apar.
Wisata Buatan
  1. Taman OPC (Orang Pariaman Creative) Pulau Angso Duo (baca tulisannya)
  2. Taman Anas Malik
  3. Taman Wahana Cahaya dan Taman Bunga
Wisata Sejarah
  1. Makam Panjang di Pulau Angso Duo (baca tulisannya)
  2. Masjid Tuo Kurai Taji (baca tulisannya)
  3. Masjid Raya Guci Badano (baca tulisannya)
  4. Masjid Raya Padusunan (baca tulisannya)
  5. Masjid Raya Kota Pariaman (baca tulisannya)
  6. Rumah Gadang Mohammad Saleh (baca tulisannya)
  7. Stasiun Kereta Api Pariaman (baca tulisannya)
  8. Stasiun Kereta Api Kursi Taji (baca tulisannya)
  9. Stasiun Kereta Api Naras (baca tulisannya)
  10. Lubang Jepang. 
  11. Meriam Tua.
Wisata Budaya
  1. Tradisi Tabuik.
  2. Rumah Tabuik.
Wisata Kuliner
  1. Nasi Sek (baca tulisannya)
  2. Sala Lauak (baca tulisannya)
  3. Gulai Kapalo Ikan (baca tulisannya)
  4. Sate Pariaman (baca tulisannya)
  5. Nasi Sala (baca tulisannya)
  6. Ladu Arai Pinang (baca tulisannya)
  7. Katupek Gulai Tunjang dan Gulai Jangek (baca tulisannya)

Referensi:
1. Situs Kota Pariaman
2. Situs BPS Sumatra Barat dan Kota Pariaman
3. Situs Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan KKP RI
4. Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

4 comments:

  1. Replies
    1. terima kasih uda udah berkunjung
      jangan lupa singgah ke ranah minang

      Delete
  2. duh enaknya para pria yg dapet wanita pariaman... yg meminang wanitanya... unik

    salam
    www.travellingaddict.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe ya begitulah mas budy. Ini tradisinya spt itu

      Delete