Wednesday, November 15, 2023

Galanggang Arang Wujud Aktivasi Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto

Sawahlunto

Sudah tujuh tahun berjalan setelah penetapan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) sebagai warisan dunia terdapat kisah tersendiri dalam pengelolaanya. Upaya pelestarian terus diupayakan demi menjaga keberlanjutan hasil kebudayaan asal Ranah Minang ini. Namun, terdapat problema tersendiri. Butuh sinergi dan kolaborasi berbagai kalangan. 

Perlu diketahui WTBOS ini terdiri dari tiga area yang meliputi kawasan pertambangan batu bara beserta infrastruktur pendukungnya di Kota Sawahlunto, sistem transportasi perkeretaapian dan fasilitas pelengkapnya sebagai sarana untuk pengangkutan batu bara di 7 Kabupaten/Kota (Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok,  dan Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang)  dan gudang penyimpanan batu bara Silo Gunung di  Pelabuhan Teluk Bayur Kota Padang.

Aktivasi WTBOS Sebagai Upaya Pelestarian Warisan Dunia

Dalam pengelolaan warisan budaya memang diperlukan penguatan identitas dan aktivasi. Menariknya WTBOS ini bukan hanya satu kawasan dan objek saja akan tetapi menjadi suatu kesatuan yang tersistem dan membentuk satu ekosistem dalam peradaban hasil kebudayaan. Masalahnya setiap penetapan warisan budaya itu terkadang belum adanya sinergitas dan pemanfaatannya menurut perunandang-undangan yang berlaku.

Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan mengutarkan penetapan warisan budaya dunia ini tentu saja membawa konsekuensi kerja sungguh-sungguh pelestarian dari seluruh properti yang menjadi identitas kuat kawasan. Keberadaan WTBOS ini akan mengintegrasikan potensi wisata budaya dengan potensi alam, budaya dan kearifan masyarakat di semua jalur yang dilewati. 

Perlu adanya aktivasi dan penguatan ekosistem budaya WTBOS diharapkan dapat mendorong semangat dan sinegitas 7 Kabupaten/Kota yang berada di jalur WTBOS untuk mengoptimalkan warisan ini sebagai modal penguatan ekosistem budaya dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. 

Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan telah menyusun sebuah rencana strategis dan peta jalan (road map) penguatan ekosistem WTBOS yang dimulai dari tahun 202 -2025 sebagai upaya melakukan pelestarian WTBOS.

Pada tahun 2023 dilakukan inventarisasi potensi, penyusunan narasi dan aktivasi ekosistem budaya melalui rangkaian perhelatan budaya di 7 Kabupaten/ Kota yang dilalui jalur kereta api yaitu Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kota Sawahlunto dan Kota Solok. Dengan durasi waktu kegiatan di 7 Kabupaten/Kota berlangsung bulan Oktober s.d. Desember 2023.

Aktivasi ekosistem budaya diwujudkan dengan sebuah kegiatan yang diberi tema  Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia. Kegiatan ini sarat dengan makna yang memiliki peran sebagai gerakan menghidupkan semangat menggali berbagai potensi yang terpendam dalam WTBOS. 

Pembukaan kegiatan Galanggang Arang, dimulai dengan kick off di Fabriek Bloc Kota Padang pada t19 Oktober 2023 dengan Penandatanganan Pakta Kesepakatan Bersama Kepala Daerah dari 7 Kabupaten/Kota kemudian dilanjutkan dengan perhelatan budaya melalui berbagai perayaan berupa pameran, seminar, musyawarah, pertunjukan dan media seni lainnya yang berbasiskan pada kreatifitas anak nagari.

Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan mengungkapkan kegiatan Galanggang Arang ini diharapkan dapat menjadi wadah gotong royong bagi segenap pemangku kepentingan untuk bersama-sama memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan Warisan Dunia Tambang Batu bara Ombilin Sawahlunto agar tercipta kesejahteraan masyarakat dengan pendayagunaan ekonomi dan program pariwisata serta tata Kelola Warisan Tambang Batu bara Ombilin Sawahlunto yang berkelanjutan dengan berbasis pada pengetahuan budaya. 

Galanggang Arang, Aktivasi Ekosistem Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto

Penetapan WTBOS sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO di Kota Baku, Azerbaijan pada tanggal 6 Juli 2019 lalu itu menjadi arti penting terhadap tinggalan tersebut bagi peradaban dunia khususnya Indonesia. Sumatera Barat patut berbangga, karena sampai hari ini baru ada sepuluh warisan dari Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia.

Lewat penetapan ini, dunia mengakui nilai-nilai penting keberadaan properti WTBOS dan kontribusinya pada pembangunan peradaban dunia sejak mulai dibangunnya pada tahun 1883. Properti WTBOS ini terdiri dari Kawasan Tambang Batu Bara Ombilin di Sawahlunto (Zona A), Jalur Kereta Api Ombilin-Emma haven yang melintasi 8 (delapan) Kabupaten/ Kota (Zona B), dan Pelabuhan Emma Haven atau Teluk Bayur (Zona C). 

Pembangunan semua properti WTBOS melibatkan teknologi state-of-the-art pada masanya, yang membawa para ahli teknologi, tambang, antropologi dan banyak lagi dari berbagai belahan Dunia ke Nusantara. Proses pembangunan tambang bartubara ini juga memungkinkan terjadinya perpindahan teknologi kepada penduduk Hindia Belanda.

Batubara hasil tambang Ombilin tidak saja menjadi sumber energi pembangunan di Nusantara, tetapi tentu juga membawa pemajuan kebudayaan khususnya di kawasan jalur Kereta Api dan titik perhentiannya. Lebih jauh lagi Batubara Ombilin yang diekspor dari Pelabuhan Emmahaven juga menjadi sumber energi industri di berbagai negara pada masanya. Perjalanan Batubara Ombilin yang mendunia ini menjadi narasi penting keterlibatan Indonesia dalam revolusi industri 2.0 di Dunia.

Galanggang Arang adalah rangkaian perhelatan budaya, yang ditujukan untuk menggerakkan ekosistem kebudayaan di sepanjang kawasan WTBOS. Galanggang Arang dihelat di 8 (delapan) daerah kabupaten dan kota penyangga WTBOS yang terhubung melalui jalur kereta api, dengan cita-cita memelihara, memanfaatkan, dan mengembangkan potensi WTBOS.

Nama kegiatan Galanggang Arang disusun oleh dua kata dari bahasa lokal. Kata “Galanggang” memiliki arti ruang pertemuan, lapangan atau keramaian, sementara kata “Arang” adalah sebutan lokal untuk batubara. Sebagai istilah kata “Galanggang” juga berarti medan perjuangan atau arena perlombaan, sementara “Arang” juga berarti sumber panas yang siap digunakan.

Galanggang Arang sebagai gerakan untuk menghidupkan semangat menggali berbagai potensi yang terpendam dalam Warisan Budaya Dunia ini, melalui berbagai perayaan budaya anak nagari, pameran, seminar, musyawarah dan media seni budaya lainnya yang berbasiskan pada kreativitas. Potensi itu yang utama adalah nilai-nilai universal meliputi perkembangan kebudayaan, pertukaran nilai antar budaya, juga persebaran dan pembentukan budaya baru sebagai bentuk pemuliaan kemanusiaan.

Galanggang Arang diharapkan dapat menjadi wadah gotong royong bagi segenap pemangku kepentingan untuk bersama-sama menggali nilai dari Cagar Budaya (CB) dan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang tersebar di sepanjang Kawasan Warisan Dunia ini. Tujuan akhir Galanggang Arang, agar berbagai nilai itu dapat disebar luaskan kepada masyarakat dan dunia, serta dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan, teknologi dan ekspresi seni dan budaya, bagi terwujudnya ketahanan budaya dan kesejahteraan masyarakat. 

Menggali batu bara ada batasnya, menggali budaya bertambah kaya - Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan, ————————————————————————————————————————————————————

©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

7 comments:

  1. Ternyata arang di bahasa minang berarti batubara (sumber panas) ya bang. Btw suka banget dengan kalimat akhir.. Menggali batubara ada batasnya, menggali budaya bertambah kaya. Semoga gelanggang arang menjadi wadah masyarakat untuk menggali kekayaan intelektual ya bang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setahu saya, arang juga bisa diartikan sebagai hasil pembakaran, seperti bahasa Indonesia Mak. Mungkin ini adalah sebutan lokal (sekitar tambang batu bara) saja untuk "batu bara".

      Delete
  2. Baru tahu aja nih kalau di Indonesia baru ada 10 warisan dunia yang ditetapkan UNESCO. Pasti penting banget dong sampai ditetapkan jadi warisan dunia. Harus terus digali potensinya jangan sampai hanya jadi "warisan" yang ditinggalkan.

    ReplyDelete
  3. Wow kalau udah menjadi warisan dunia bukan kaleng-kaleng lagi itu namanya ya...
    Arang menjadi sumber energi semoga bisa selalu diberdayakan ya

    ReplyDelete
  4. Menarik ya ... sudah dilakukan langkan untuk melestarikan cagara budaya. Langkah ini tidak banyak yang lakukan.

    ReplyDelete
  5. Galanggang Arang bisa dijadikan tempat kunjungan untuk siswa-siswa semua tingkatan juga ya kan, dari mulai SD kelas tinggi 5 dan 6), SMP, SMA, maupun perguruan tinggi.
    Selain berwisata, juga dapat ilmu ilmu yang terkait pelajaran tertentu, budaya, sejarah, dan lainnya.

    ReplyDelete
  6. Masyaallah ikut bangga sebagai warga, karena Galanggang arang diakui sebagai warisan dunia yang cukup spektakuler.

    Ulasan yang berada diluar jawa gini makin menambah wawasan diriku, iar nggak yang eksplor jawa mulu hehe

    ReplyDelete