Sunday, March 10, 2024

Ragam Tradisi Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau

Ragam Tradisi Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau

Bulan suci ramadan menjadi bulan yang selalu ditunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Setiap tahunnya dalam penanggalan Hijriah akan dilalui. Kegembiraan dalam menyambut bulan suci ramadan ini banyak dirayakan dan menjadi tradisi yang telah berlangsung secara turun temurun.

Sumatra Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak tradisi unik dalam menyambut bulan ramadan. Ramadan menjadi momen yang sangat istimewa bagi masyarakat Minangkabau karena terdapat tradisi keagamaan dan budaya turut menjadi bagian penting dalam menyambut bulan suci umat Muslim ini.

Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau menjelang dan selama bulan suci Ramadan yang mencerminkan rasa syukur, kebersamaan, dan bentuk spiritualitas yang tinggi terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Apa saja tradisi di Sumatera Barat dalam menyambut bulan suci ramadan? Berikut ulasannya:

1. Tradisi Mandoa

Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Mandoa (Foto:liputankini.com)

Setiap menyambut bulan suci ramadan masyarakat Minangkabau akan menggelar tradisi mandoa atau dalam bahasa Indonesia disebut mendoa. Bisanya tradisi mendoa ini dilakukan seminggu jelang mulainya bulan puasa. Tradisi mandoa ini akan dilakukan oleh satu keluarga dengan mengundang pemuka agama di daerahnya, sanak saudara dan tetangga terdekatnya. 

Kegiatan mandoa ini akan dilakukan biasanya pada malam hari setelah salat Isya. Tradisi mandoa ini dimulai dengan pembukaan adat ada petatah petitih, pembacaan doa dan ditutup dengan makan bersama. Tradisi mandoa terus dilakukan setiap tahunnya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan bentuk kebersamaan terhadap sanak saudara.

2. Tradisi Berziarah Ka Pusaro

Tradisi berziarah ke makam keluarga menjadi kegiatan yang dilakukan dalam menyambut bulan suci ramadan oleh masyarakat Sumatra Barat. Biasanya beberapa hari sebelum puasa dimulai suatu keluarga akan berziarah untuk membersihkan makam keluarga besarnya. Khusus di Piaman Laweh tradisi ini bernama Manjalang pusaro yang merupakan tradisi ka pusaro atau ratih pusaro. Sementara itu, ada juga tradisi

Kegiatan berziarah ini berupa membersihkan dari tanaman liar, menata kembali makam, menabukan bunga dan memanjatkan doa di atas makam keluarga yang telah mendahului mereka. Tradisi ini sebagai bentuk rasa untuk mendapatkan berkah dalam menjalani bulan Ramadan.

3. Tradisi Malamang

Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Malamang (foto: infopublik.com)

Malamang merupakan salah satu tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Minangkabau saat menjelang bulan suci ramandan. Malamang yang bermakna membuat lemang ini menjadi menu spesial yang dihadirkan di rumah. Beberapa hari sebelum ramadan menu ini mulai disiapkan menjadi hidangan khas untuk berbuka puasa.

Tradisi malamang pertama kali diperkenalkan oleh Syekh Buhanuddin dan sudah tercatat sebagai warisan budaya tak benda Indonesia (WBTbI) pada tahun 2021. Malamang bagian dari cara memasak membuat Lamang. Sedangkan Lamang itu adalah makanan yang terbuat dari ketan (puluik) yang dimasak bersama santan dan dikemas dalam media bambu dimasak dengan bara api.

4. Tradisi Marandang

Ragam Tradisi Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Marandang (Foto @ teddy_winanda)

Masyarakat Minangkabau melakukan tradisi marandang menjelang memasuki hari pertama puasa ramadan. Marandang merupakan suatu teknik dalam aktivitas perkulineran di Minangkabau. Menu dalam membuat berupa daging-daginan. Rendang sendiri bentuk kuliner Minang yang keberadaannya sudah terkenal seantero dunia. Menu rendang memiliki kedudukan penting dalam khasanah kebudayan Minangkabau.

Tradisi marandang ini dilaksanakan sebagai bentuk warisan kebudayaan yang telah lama dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Makanan hasil proses marandang ini akan tahan lama sehingga bisa bertahan sejak selesai masak hingga beberapa hari kedepan dengan rasa yang tidak berubah.  Marandang bukan semata hidangan kuliner, tapi sebagai bagian ritual keagaaman yang secara tidak langsung menjadi bagian integral dari kehidupan sosial dan adat di masyarakat.

5. Tradisi Balimau

Ragam Tradisi Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Balimau (foto: kompasiana.com)

Balimau menjadi salah satu tradisi yang sangat populer bagi masyarakat Minangkabau. Tradisi ini menjadi warisan kebudayaan yang keberadaanya sudah jamak dilakukan dalam menyambut bulan suci ramadan. Biasanya berlangsung sehari sebelum masuk bulan puasa.

Tradisi Balimau ini dalam perjalannnya telah mengalami perluasan makna dan tata cara pelaksanaannya.  Balimau adalah mandi menyucikan diri (mandi wajib) dengan limau (jeruk nipis). Tradisi Balimau maknanya untuk mensucikan dan membersihkan diri dari segala hal yang tidak baik. 

Dulu Balimau ini merupakan tradisi mandi dengan menggunakan jeruk nipis dan rempah-rempah. Namun, belakangan tradisi ini dilaksanakan dengan mandi-mandi di aliran sungai, lubuak hingga tempat wsiata pemandian alam.

6. Tradisi Potang Balimau

Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Potang Balimau (Foto: Dinas Pariwisata Sumatra Barat)

Potang Balimau merupakan warisan kebudayaan yang bernuansa agamis diselenggarakan menjelang pelaksanaan ibadah puasa ramadan oleh masyarakat Nagari Pangkalan, Kabupaten Limapuluhkota, Sumatera Barat. Tradisi tahunan ini menjadi daya tarik wisata yang kini masuk agenda wisata di Sumatra Barat.

Nama Potong Balimau diambil dari bahasa Minangkabau dengan dialek Pangkalan, bermakna Potang sebagai petang atau senja hari. dan  Balimau memiliki makan sebagai sebuah kegiatan membersihkan diri dengan menggunakan perasan air jeruk nipis dicampur dengan bunga rampai beraroma wangi yang khas.

Tradisi Potang Balimau ini memiliki makna yang mendalam sebagai sarana silaturrahmi dan membersihkan diri oleh masyarakat Nagari Pangkalan. Dalam perkembangannya tradisi ini menjadi Alek Nagari yang terdapat perlombaan antar jorong dalam membuat kapal hias.

Tradisi Potang Balimau bertempat di aliran Sungai Batang Maek yang setiap perhelatannya selalu ramai dipadati oleh masyarakat. Ceritanya, aliran sungai ini menjadi jalur perniagaan yang dilalui oleh saudagar-saudagar baik dari atau yang datang dari Nagari Pangkalan.

7. Tradisi Limau Barongge

Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Limau Barongge (Foto:prokabar.com)

Masyarakat Sungai Pisang Kota Padang Sumatera Barat, mempunyai satu tradisi tersendiri dalam menyambut bulan suci Ramadan. Limau Barongge namanya. Tradisi tahunan ini dilaksanakan tepat sehari sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Tradisi Limau Baronggeh menjadi daya tarik wisata yang kini masuk kalender event wisata di Kota Padang.

Tradisi Limau Barongge menjadi warisan kebudayaan yang telah dilaksanakan sejak dulu kala sebagai wujud sarana silaturahmi antar masyarakat Sungai Pisang dan  untuk membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa. Tradisi Limau Barongge berwujud kegiatan mengarak dulang yang dihias secara bersama-saman kemudian menyeka wajah dengan air perasan limau sebagai simbol menyucikan diri.

Tradisi Adat Limau Baronggeh ini dilaksanakan pada sore hari diawali dengan iringan talempong. Kemudian disusun limau barongge di atas karpet merah. Setelah semua tokoh masyarakat hadir, barulah diarak ke ujung jalan yang diangkut oleh Bundo Kanduang dan anak kemenakan. 

Setelah sampai di lokasi yang telah ditentukan, limau baronggeh kembali diletakkan di atas karpet merah, dan diakhiri dengan petatah petitih. Kemudian limau tersebut nantinya diusap ke wajah sebagai simbol membersihkan diri dan diakhiri dengan berdoa. Selanjutnya semua orang akan bersalaman dan kembali ke rumah masing masing.

8. Tradisi Pawai Obor

Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Pawai Obor di Manijau (Foto:prokabar.com)

Kegembiraan dalam menyambut bulan suci ramadan juga dihelat dengan Pawai Obor atau Tradisi Maobor oleh masyarakat di Minangkabau. Pawai obor dapat ditafsirkan sebagai bentuk kegembiraan dan kesiapan masyarakat untuk berpuasa selama sebulan penuh di bulan ramadhan. 

Wajar saja selain untuk menyambut bulan ramadan, Pawai Obor juga dilaksanankan untuk merayakan hari raya besar keagamanan Islam lainnya seperti menyambut Hari Raya Idul Fitri, dan Hari Raya 1 Muharram. Pawai Obor secara tidak langusng telah menjadi bagian dari budaya yang diislamisasikan dan menjadi keyakinan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari di masyarakat Minangkabau. 

Kegiatan ini dilaksanakan ketika malam hari setelah salat Isya.  Pawai akan dimulai dari masjid atau surau berkeliling kampung sesuai dengan rute yang ditentukan. Obor yang dibawa biasanya menggunakan potongan batang bambu yang telah disi minyak tanah dan kain/serabut kelapa yang nantinya akan dibakar sehingga ada nyala api.

9.Tradisi Pajak-Pajak

Pajak-Pajak adalah tradisi dalam menyambut bulan suci ramadan yang digelar oleh masyarakat Nagari Pangian, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Tradisi pajak-pajak ini memiliki makna untuk meningkatkan silaturahim dan mensucikan hati dengan saling maaf memaafkan.

Tradisi pajak-pajak ini memang cukup asing terdengar. Namun, secara tidak langsung menjadi warisan kebudayaan yang harus terus dijaga kelestariaannya. Tradisi ini berupa makan-makan di tepi sungai atau kebun. Biasanya diadakan dekat dengan sumber air karena usai makan bersama dilanjutkan dengan mandi-mandi

10. Tradisi Punggahan

Punggahan menjadi tradisi dalam menyambut bulan suci ramadan yang digelar oleh masyarakat Sungai Durian, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat. Tradisi Punggahan menjadi warisan kebudayaan dan sebagai pengingat masyarakat ketika bulan suci ramadan akan segera tiba.

Tradisi Punggahan ini sarat akan makna yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi, melakukan pengajian, doa bersama dan saling maaf memaafkan. Punggahan berasal dari kata Munggah (bahasa Jawa) yang berarti naik. Makana dari tradisi ini bermaksud ketika masuknya bulan suci ramadan harus disambut dengan keimanan tinggi dan harus menjadi lebih baik lagi. 

11. Tradisi Bantai Adat

Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadan di Minangkabau
Tradisi Bantai Adat (Foto:sumbarsatu.com)

Tradisi Bantai Adat menjadi salah satu warisan kebudayaan dalam menyambut bulan ramadan yang diselenggarakan di Nagari Tanjung Bonai Aur Selatan, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat. Tradisi Bantai Adat dipercaya oleh masyarakat sebagai tradisi untuk menjalin kebersamaan dan mempererat tali silaturahim dalam menyambut bulan puasa. 

Tradisi Bantai Adat ini sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh nenek moyangnya yang sarat akan nilai religi dan tradisi. Bentuk Tradisi Bantai Adat berupa kegitan memotong kerbau secara adat dan dagingnya itu digunakan sebagai bekal selama menjalankan ibadah puasa, baik untuk sahur maupun berbuka puasa.

***

Bulan Ramadan bagi masyarakat Sumatera Barat bukan hanya tentang menjalankan ibadah saja, tetapi juga untuk merayakan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang telah ada secara turun-temurun. Dalam keberagaman tradisi ini, masyarakat Ranah Minang ini menyambut bulan ramadan dengan penuh kegembiraan, spiritualitas, dan semangat kebersamaan.
————————————————————————————————————————————————————
©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

5 comments:

  1. Karena Minang masih satu pulau dengan Sumatera Utara jadi beberapa tradisi ikut menyebar ke Medan sini bang. Misalnya punggahan, ziarah ke makam, masak rendang (ini waktu saya kecil jadi kebiasaan di rumah kami). Sampe pawai obor pun ada di Medan bang.
    Beberapa yang asing seperti pajak-pajak, bantai adat (ini mirip meugang di Aceh ya) dan malamang.

    ReplyDelete
  2. Banyak juga ya tradisi Minang di bulan Ramadhan ini, saya tertarik banget sama tradisi yang mengajak warga buat bergotong royong seperti melamang, merandang dan bantai adat. Jadinya hubungan silaturahmi sesama warga semakin erat ya

    ReplyDelete
  3. Unik sekali ya tradisinya. Ada banyak tradisi yang berbeda sekali dgn di Jawa. Pasti berkesan tinggal di Minang nih. Makin cintan dgn Indonesia yang kaya akan budayanya.

    ReplyDelete
  4. Beberapa tradisi ada yang saya tau dan pernah mengalaminya dan masih mengalaminya.
    Ada beberapa yang beda namanya saja, tapi sama dipelaksanaan.
    Karena sama-sama di Sumatera kali ya, ada yang mirip sama prov aceh dan sumut

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete